Skip to main content

Posts

Showing posts from 2006

Kedahsyatan Sebuah Niat

Ternyata benar kata orang, yang penting itu Niat dulu. Terlebih sebuah Niat baik. Meskipun kita belum tahu cara mewujudkan niat kita tersebut. Asal kita berniat, Insya Allah ada saja jalan untuk menuju kesana. Ceritanya begini, sekitar satu atau dua minggu yang lalu, saya bimbang untuk memutuskan apakah akan berqurban tahun ini atau tidak. Karena memang saat ini kebutuhan sedang banyak, mulai dari kenaikan cicilan rumah, dan juga rencana renovasi rumah. Ditengah kebimbangan itu, akhirnya saya putuskan untuk berqurban satu kambing untuk Idul Adha tahun ini. Saya teringat ucapan Ustad Yusuf Mansyur, beramallah dengan hartamu yang paling kamu cintai. Pikiran saya, sampai dengan hari ini Allah begitu baik sama saya dan keluarga. Terutama rezeki. Jadi ya, sepertinya tidak ada alasan untuk tidak berqurban. Meskipun dari hitungan saya, keuangan saya akan pas-pasan. Ya karena kebutuhan diatas terjadi pada saat yang bersamaan. Dan ternyata sekali lagi, Allah membukakan pintu bagi orang yang be

Seks dan Poligami

Kata Seks dan Poligami, saya rasa menjadi dua kata yang paling banyak diingat orang minggu-minggu ini. Hal ini terkait dengan Video Sex Yahya Zaini dan Maria Eva, kemudian Pernikahan Aa Gym dan Elfarini. Yang pertama, saya sih nyebutnya “Selingkuh atas Biaya Negara”. Anggota DPR, digaji pake uang rakyat, eh ngumbar “lendir” seenaknya. Sudah gitu, nggak dipecat lagi dari DPR. Eh Presiden SBY diem lagi. Sedangkan Aa Gym berpoligami, legal, gentlemen, atas persetujuan istri, SBY langsung bereaksi ketemu Meutia Hatta ngomongin masalah revisi UU Perkawinan dan PP yang melarang Pejabat kawin lagi. Lha kalau “Selingkuh atas Biaya Negara” dibolehkan ya Pak Presiden, kok sampeyan meneng wae? Atau Pak SBY mau melarang Aa Gym jadi Presiden di tahun 2009 nanti? Yang jelas jika PP itu keluar, boleh jadi akan banyak calon pejabat dari partai-partai Islam yang terkena. Kecuali, punya Istri satu dan selirnya banyak, begitu Pak SBY???? Mengenai Poligami, saya sih coba melihatnya dari sisi seks saja. Bi

Permen Sebagai Pengganti Uang Kecil

Kejadian ini saya alami minggu kemarin, saat ada tugas ke Bali, dimana saya mampir ke KFC di Discovery Mall. Maksud hati mau ngisi perut yang mulai kelaparan. Dan saya suka bingung kalau ke Bali, terutama dalam urusan makanan. Tahu sendiri kan susah untuk mencari yang halal. Ya paling larinya ke fast food lagi, fast food lagi. Tapi ya nggak papa lah, toh cuma sesekali saja. Bukan itu yang mau saya ceritakan. Nah saat saya membayar makanan. Yang harus saya bayar adalah sebesar 17.600 rupiah. Dan saya menyerahkan uang 18.000 rupiah. Berarti saya mendapat kembalian 400 rupiah dong. Mbak kasir nya sempet tanya saya, apakah punya uang 100 rupiah, saya bilang tidak punya. Dan tiba-tiba dia sambil minta maaf dan menyerahkan permen 3 buah sebagai pengganti 400 rupiah tadi. Saya cuma bisa bengong dan dongkol! Tadinya saya mau protes langsung, cuma setelah saya pikir-pikir lagi, lebih baik saya tulis saja di blog saya, bukan bermaksud untuk menjelekkan nama KFC. Tapi lebih sebagai kritik dari ko

Pacaran, Nikah, Cerai

Pacaran yang islami itu bagaimana sih? Kalau ciuman boleh nggak? Kalau nggak boleh, bagaimana kalau cuma pegangan tangan? Mungkin pertanyaan semacam itu sering kita jumpai atau dengar keluar dari para ABG. Tapi bisa juga keluar bukan dari ABG, tp dari orang-orang yang mungkin sampai sekarang belum tercerahkan. Padahal kalau dipikir-pikir, kalau kita cuma berdua saja dengan lawan jenis yang bukan muhrim, yang ketiga itu kan syetan. Dari sini saja saya kira semua pertanyaan itu diatas secara otomatis terjawab. Tapi kok masih ada saja yang tanya ya? Mungkin buat kita generasi kelahiran 70an dan mungkin 80an, yang namanya pacaran itu mungkin hal yang sangat lumrah. Bahkan seperti wajib. Tapi tidak buat orang tua kita generasi kelahiran mungkin disekitar 30an, 40an. Kenapa? Saya punya teman yang orang tuanya generasi kelahiran 40an, mempunyai pengalaman yang kurang enak dan efeknya pun besar. Ceritanya begini, dia yang sudah pacaran beberapa tahun, tiba-tiba disuruh orang tuanya untuk pinda

Hidup Normal

Saat menjalani liburan lebaran kemarin – kurang lebih 10 hari – saya merasakan, beginilah seharusnya hidup. Di pagi hari, sesaat setelah membuka mata, kita masih bisa menikmati sinar hangat mentari. Bercengkerama dengan anak dan istri. Sarapan bersama. Dan di sore hari pun, masih bisa melihat matahari tenggelam. Satu hal yang jarang saya temui di hari-hari kerja. Itulah hidup yang normal. Terus, bagaimana hidup yang tidak normal? Coba anda bayangkan, di pagi hari anda harus meninggalkan rumah dengan segera untuk bekerja. Untuk mencapai tempat kerja, paling tidak membutuhkan 1-2 jam. Lalu selama 9 jam kemudian anda habiskan di kantor dengan 1 jam istirahat. Di saat pulang, anda butuh 1-2 jam. Sampai disini saja anda sudah menghabiskan waktu 13 Jam. Berarti masih tersisa 11 Jam (24-13). Jika dikurangi waktu untuk tidur sekitar 6 jam, berarti masih ada 5 jam. Jadi kira-kira waktu segitulah yang ada untuk keluarga. Dari 5 jam itu, bisa saja anak sudah tidur, karena kecapekan nunggu orang

Catatan Perjalanan Idul Fitri 1427H - SMS Lebaran

Terima kasih buat yang sudah mengirimkan SMS lebaran. Semoga maaf yang telah kita berikan ikhlas adanya dan maaf kita termaafkan. Dari sekian banyak SMS lebaran yang masuk, yg paling berkesan buat saya SMS dari teman lama, Ausi, yg masuk ke HP saya tgl 26 October 2006 jam 00:36 isinya : Bila hati ... alah kesuwen, maap lahir batin ya. Lov u all Berikut ini semua SMS yang masuk ke HP saya: Andrio, 22 October 2006, 11:39 Khilaf & salah kata mungkin tak sengaja dilakukan, dihr yang suci ini bersihkan hati kita dr smua kesalahan. SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI, mhn maaf lhr&batin. Uul & Izal, 22 October 2006, 21:56 Dengan kerendahan hati , saya mohon maaf lahir & batin, serta mengucapkan selamat hari raya Idul Fitri 1 Syawal 1427 H. Taufik, 22 October 2006, 22:10 Bl ada langkah m’beks lara, bl ada tngkah m’norehkn luka, bl ada sapa, ucap, lisan, m’nabur dndam dht ta’,mk izinkanlah sy mmhon 1 kt maaf dr kita,minal ’aidin walfaidzin, mhn maaf lhr dan btn. Lutfi Ariyanto, 23 Oc

Catatan Perjalanan Idul Fitri 1427H - Wisata Kuliner di Semarang

Sekitar 20 tahun yang lalu, mungkin tidak terpikir dibanyak orang, bahwa Jalan Pandanaran akan menjadi pusat oleh-oleh yang cukup penting di Semarang di kemudian hari. Berkembangnya pun cukup alamiah, diawali Bandeng Juwana dan Bandeng Presto, kemudian diikuti oleh merek yang lain. Bahkan sekarang ini, tidak hanya bandeng duri lunak yang menjadi andalan. Di sini bisa didapatkan lunpia (atau lumpia?), wingko babat dengan berbagai macam rasa, dan yang terbaru mulai marak kue moaci. Cuma, yang menjadi kekurangan adalah tiadanya fasilitas parkir yang memadai. Terutama di masa liburan, mobil yang mayoritas dari luar kota, akan parkir di depan toko-toko yang ada di Jalan Pandaran. Hal ini mengakibatkan kemacetan. Kabarnya saat ini sedang dipikirkan dibuat taman parkir di depan Kantor BRI Pandanaran. Sebenarnya ini bisa menjadi salah satu peluang bisnis tersendiri bagi para pemilik lahan di sekitar Jalan Pandanaran. Misalnya dengan membuat gedung parkir bertingkat, yang khusus diperuntukkan b

Catatan Perjalanan Idul Fitri 1427 H - Shaf yang Tak Pernah Lurus

Catatan ini saya buat, karena selama lebaran tahun ini, saya melewatkannya di kampung halaman, Semarang. Rencananya, Insya Allah kurang lebih 10 hari saya habiskan di tempat orang tua. Dari sekian banyak tempat Sholat Idul Fitri di Semarang, salah satunya yakni di Lapangan Pancasila Simpang Lima Semarang. Inilah salah satu tempat utama yang menjadi tujuan umat islam di Semarang. Karena kebetulan tempatnya sangat strategis, tepat di jantung Kota Semarang. Simpang Lima, saat ini menjadi alun-alun atau pusat kota Semarang. Layaknya kota-kota di Jawa pada umumnya, di setiap alun-alun terdapat Masjid dan Pusat Pemerintahan. Dahulu, pasti akan kita temukan hal yang sama di alun-alun Kota Semarang. Tapi tidak di Simpang Lima. Yang tersisa hanya Masjid Baiturrahman. Karena, Simpang Lima merupakan alun-alun pindahan yang sebelumnya terdapat di depan Masjid Besar Kauman, yang berada tidak jauh dari Pasar Johar. Karena, kebijaksanaan pemerintah saat itu, alun-alun dipindah ke Simpang Lima yang se

Catatan Ramadhan 1427 H - Cobaan saat Ramadhan

Hari ini, sudah genap 2 hari, Ramadhan 1427 H berlalu. Entah sudah berapa Ramadhan saya temui. Kalau dihitung sejak mulai berpuasa penuh, mungkin sekitar 20an Ramadhan yang pernah saya temui. Saya sendiri sudah tidak ingat mulai umur berapa mulai berpuasa secara penuh. Ramadhan dan cobaan, bak sebuah dua sisi mata uang, yang akan selalu bersisian sampai diujung waktu. Meskipun dalam kadar yang berbeda. Tuhan pun Maha Adil dan Maha Tahu. Dia tidak akan menurunkan cobaan kepada yang tak akan kuat untuk menerimanya. Cobaan serasa ujian bagi siswa untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Kita yang jarang sekali sadar. Mungkin prasangka buruk yang timbul. Bahkan kepada Allah SWT sekalipun. Dari sekian Ramadhan, mungkin Ramadhan kali ini cobaan seolah tiada berhenti. Atau mungkin saya sebagai hambanya yang selama ini tidak pernah menganggapnya sebagai cobaan? Cobaan pertama, datang 3 hari menjelang bulan Puasa datang. Tekanan darah tiba-tiba turun drastis. Bahkan sampai 4 hari bertur

Double Track Jakarta-Serpong, Bikin Macet?

Buat pengguna jalan yang terbiasa melintasi perlintasan Kereta Api Stasiun Palmerah, siap-siap bertambah kesabarannya di tahun 2007 nanti. Apa sebab? Sudah beberapa bulan ini di dekat Stasiun Palmerah ada pembangunan rel double track yang menghubungkan Stasiun Tanah Abang hingga Serpong. Diharapkan jika rel double track ini selesai, perpindahan orang antara Jakarta - Tangerang akan lebih mudah, selain dihubungkan dengan Jalan Tol Jakarta-Tangerang yang sudah lama berfungsi. Pembangunan rel double track ini sendiri, kabarnya juga akan merombak stasiun-stasiun yang akan dilewatinya. Dimulai dari Stasiun Tanah Abang, Palmerah, Kebayoran Lama, terus hingga Stasiun Serpong. Dan stasiun-stasiun tersebut yang sebelumnya terkesan kumuh, dan mudahnya orang tanpa tiket keluyuran di sekitar stasiun, diharapkan dengan perombakan total ini, semuanya akan berubah. Karena di sistem yang baru nanti, penumpang tanpa tiket tidak akan dapat masuk ke lingkungan stasiun. Dan juga, akan akan diberlakukan

Saatnya Berhenti Sejenak

Salah satu hobi yang saya sesali adalah membaca. Kenapa? Kenapa baru sekarang saya mempunyai hobi membaca? Saya membayangkan jika, hobi itu timbul dulu saat masih dibangku sekolah atau kuliah. Mungkin hasil belajar saya dulu akan lain hasilnya. Karena saya dulu termasuk murid atau mahasiswa yang biasa saja. Sempat mengalami ”masa keemasan” sebagai murid saat kelas satu sampai dengan kelas dua SD. Dan selanjutnya pelan-pelan masuk masa ”warna-warni” dengan adanya tinta merah di raport sejak kelas tiga SD. Masa itu berlanjut hingga kelas satu SMA. Dan secara tidak sengaja, mulai meraih kembali ”masa keemasan” saat duduk di kelas 2 SMA. Itupun saya nikmati hanya kira-kira 2 tahun hingga saat bisa menembus UMPTN tahun 1991. Setelah itu kembali menjadi biasa-biasa saja. Bahkan terkadang sangat terpuruk. Tapi namanya kehidupan yang layaknya roda berputar. Terkadang ada masa dibawah, ada pula saatnya diatas. Saya tidak tahu persis, kapan tepatnya saya mulai suka membeli buku dan membaca. Mung

Lambat itu Indah

Siapa bilang lambat itu negatif? Mungkin dibenak kita selama ini, kata lambat, sering berkonotasi serba negatif. Bisa berarti bodoh,lelet. Tapi benarkah demikian? Boleh jadi pemikiran seperti itu, sekarang perlu dipinggirkan. Silahkan baca In Praise of Slow . Sejak dari halaman depan hingga bagian akhir buku ini seolah menyadarkan kita, bahwa kita sebenarnya butuh KELAMBATAN. Contoh paling aktual, saat kita sholat, butuhkah kita akan kecepatan? Dunia sekarang memang menuntut serba cepat. Kecepatan komputer yang semakin dahsyat dengan siklus yang semakin pendek. Berbagai tekhnologi diciptakan untuk menunjang pekerjaan kita supaya lebih cepat selesai. Begitu pekerjaan selesai, benarkah betul-betul selesai? Yang terjadi mungkin malah pekerjaan baru yang segera datang. Akibatnya, kita jadi miskin waktu. Manusia yang diciptakan Allah, setelah adanya alam semesta, malah menjadi budak. Bukan menjadi tuan bagi alam. Dengan tuntutan kecepatan yang semakin dahsyat, tidak kita sadari ada pihak-p

Biar Nggak Nyasar di Jakarta

Anda baru saja tinggal di Jakarta? Sering nyasar? Jangan takut, banyak kok temannya. Saya cuma ingin sharing pengalaman saja. Dulu pertama kali datang ke Jakarta, wah blank deh.. Mau kemana nggak tahu harus naik apa. Coba-coba naik angkot, eh nyasar. Beruntung saya harus menghabiskan banyak waktu di lapangan. Alias orang lapangan. Dan beruntung pula saya punya temen kantor orang Medan. Kenapa orang Medan. Teman saya ini dulu pernah jadi Sopir tembak Taxi Prestasi. Jadi harap maklum kalau dia tahu seluk beluk Jakarta, termasuk jalur angkot. /p> Akhirnya, kalau mau kemana-mana saya sering tanya dia. Dan kebiasaan di Jakarta, kalau kita mau ke jurusan tertentu, hampir mustahil kita naik satu angkutan terus langsung sampai. Anda harus pindah angkutan. Contoh, kalau dari Blok M ke Mangga Dua. Sekarang lebih enak, pertama naik Bus Trans Jakarta turun di Stasiun Kota. Turun lalu jalan kaki sebentar terus naik mikrolet jurusan Ancol. Atau bisa juga naik ojek sepeda. So biar nggak nyasar :

Tips Saat Sahur

Dulu saat masih kos, pada waktu makan sahur adalah waktu paling males untuk bangun. Sudah gitu, harus keluar ke warung dulu buat beli makan. Kalau boleh memilih antara makan sahur dan tidur, kayaknya mending tidur deh. Tapi ya resikonya kalau siang jadi lemes. Saya punya temen kos, namanya Pak Dupo. Kalau saya liat, dia tuh paling jarang makan sahur. Paling bangun sebentar, habis itu tidur lagi. Pernah saya tanya, Nggak makan sahur pak? Emangnya nggak lemes? Wah saya nggak pernah makan nasi kalau sahur. Soalnya kalau makan nasi justru nanti siang malah lemes dan lapar. Menurut Pak Dupo, setiap sahur, biar nggak lemes pas puasa. Dia minum madu dua sendok makan habis itu minum segelas air putih. Kalau makan ya paling roti tawar. Dijamin, tetep seger sampai bedug maghrib. Dan ternyata begitu saya coba, memang bener. Akhirnya kebiasaan itu sampai sekarang saya lakuin. Tapi tetep saja saya sebelumnya makan nasi, buat cadangan tenaga aja.

Flexibility Working Hours

Mungkin belum terbiasa bagi kita, saat Job Interview kita menanyakan tentang Fleixibity Working Hours. Apa sih maksudnya? Dari 24 jam sehari waktu yang tersedia buat kita, paling tidak sekitar 9 jam kita habiskan untuk pekerjaan. Sisanya untuk hal-hal yang lain. Mungkin bisa mengantarkan anak sekolah, olah raga, beres-beres rumah, atau tiba-tiba harus mengantarkan anak ke dokter. Kalau urusannya sudah urgent seperti ke dokter itu, mungkinkah bos ngasih ijin? Mungkin kalau bosnya masih punya hati, nggak masalah. Tapi bagaimana kalau yang kita hadapi bosnya yang kaku? Kan berabe … Flexibility Working Hours bisa ditempuh salah satunya adalah dengan “flexible hours scheme”. Yang umum terjadi sekarang adalah satu kantor jam kerjanya seragam yakni dari jam 9 sampai 6, atau dari jam 8 sampai jam 5. Nah dengan “flexible hours scheme” ini aturan itu bisa dirubah dengan memberi keleluasaan pada karyawan untuk memilih jam kerja. Misal ditawarkan pilihan jam 7-4, 8-5, atau dari jam 9-6. Dengan car

Kejamnya Sang Bunga

Anda baru saja ambil KPR [ Kredit Pemilikan Rumah]? Jika ya, bersiap-siaplah kalau tagihannya tiba-tiba melonjak. Ceritanya begini, saya akhir tahun kemarin ambil KPR di Bank Niaga, dengan suku bunga 11,65%. Nah bunga segitu mereka bilang berlaku untuk setahun. Kalau berlaku setahun berarti kira-kira akhir tahun ini saya akan dikenai suku bunga yang baru. Iseng-iseng saya telpon ke Customer Servicenya Bank Niaga. Saya tanya, “mbak suku bunga KPR nya sekarang berapa?”. Dia jawab,”Wah sudah turun kok pak. Tempo hari masih 15% lebih sekarang jadi 14,88%.” Nah, jika bunganya masih 14,88% sampai akhir tahun, berarti dipastikan cicilan KPR saya melonjak. Saya nggak tahu jadi berapa. Moga-moga sih nggak banyak. Maklum, kalau melihat history kenaikan gaji yang cuma 10%, berarti kenaikannya hanya buat nutup kenaikan tagihan lagi. Lha kenaikan harga-harga kebutuhan pokok nutupnya dari mana? Barusan, saya cek tingkat suku bunga deposito di Bank Niaga. Untuk yang satu bulan dia kasih 8.50%. Sedan

Kutipan : Jaringan Islam Liberal dan Ulil Abshar Abdala

Ada fakta menarik ketika seorang wartawan majalah Islam menemui Ulil Abshar Abdala, pentolan JIL. Si wartawan yang lulusan LIPIA di Jalan Matraman, Jakarta, mencoba akrab dengan Ulil yang dikeluarkan dari LIPIA. Entah karena ingin sok jago-jagoan atau ingin berkata jujur, Ulil menyatakan bahwa dirinya tidak akan sepanjang hayat mempromosikan JIL. Saya, demikian Ulil, akan tobat kalau sudah tua dan punya dollar yang cukup. Itu nyata-nyata dikemukakan kepada si wartawan tadi yang sampai sekarang masih sehat bugar. (Ridwan Saidi dan Rizki Ridyasmara, Fakta & Data Yahudi di Indonesia, Februari 2006, hal 190).

Jadi Pemain Bola, Bisakah menjadi sandaran Hidup?

Apa komentar anda jika anak anda bilang mau jadi pemain bola? Saya yakin banyak yang masih ragu. Apa mungkin jadi pemain bola bisa menghidupi keluarga? Apalagi kalau melihat banyak atlet olah raga yang terlunta-lunta di masa tuanya. Kalau anda ragu, sebenarnya anda tidak sendirian. Hampir semua orang tua pasti khawatir anaknya jadi pemain bola. Nggak salah sih kalau ragu. Cuma, mungkin banyak yang belum tahu, berapa gaji pemain bola di Indonesia. Berapa sih gaji pemain bola di Indonesia? Di level nasional, pemain yang dipanggil PSSI untuk mengikuti training jangka panjang [PSSI U-23 di Belanda, Timnas Piala Asia 2007 di Birmingham, Inggris], kalau tidak salah dikontrak PSSI dengan bayaran perbulannya sekitar 40 Juta rupiah. Kalau melihat panjangnya kontrak, lebih dari 6 bulan, berarti tiap pemain PSSI paling tidak mengantongi uang 240 Juta rupiah. Itu belum termasuk bonus jika menang atau seri di tiap pertandingan. Berapa uang yang anda kumpulkan dalam waktu 6 bulan? Kenapa PSSI beran

Kenapa Suporter Sepak Bola Jadi Liar?

Kira-kira apa ya, yang ada di pikiran para bonek itu? Kok bisa-bisanya, nonton bal-bal an belum selesai kok wis nyerbu lapangan, lempar sana-sini, bakar mobil. Mangan ora bayar. Saya rasa pertanyaan itu ada di benak semua orang. Terutama buat orang-orang yang tidak pernah nonton bola. Anda pernah nonton bola? Saya yakin hampir semuanya bilang pernah. Tapi kalau ditanya lagi, pernah nonton bola Liga Indonesia di stadion, terutama tribun timur? Kalau ingin tahu nuansa nonton bola sebenarnya adalah di stadion, terutama di tribun timur. Kenapa tribun timur? Stadion umumnya terdiri dari 4 tribun, yakni Barat, Timur, Utara, Selatan. Posisi gawang terletak di sisi utara dan selatan. Hal ini untuk menghindari sinar matahari yang menyilaukan terutama buat kiper. Karena, kebanyakan pertandingan di Indonesia diadakan pada sore hari. Dari keempat tribun tadi, tribun barat adalah yang termahal. Di era 90an, tribun barat Stadion Jatidiri, tiket pertandingan PSIS untuk tribun barat berkisar 10.000

Politik Kantor

Dalam dua minggu terakhir, ada 2 topik yang cukup mengguncang ritme kerja di kantor. Yang pertama adalah diberhentikannya salah seorang pimpinan divisi. Dan yang kedua, skorsing terhadap salah satu rekan kerja yang sudah cukup lama berkarir di sini. Kasus pertama, sebut saja namanya Acong. Home based dia di Singapura. Dan dia mempunyai bawahan atau kolega yang tersebar di seluruh kantor di Asia. Jadi cukup banyak yang kenal dan dia salah satu orang berpengaruh di kantor ini. Acong ini termasuk orang pintar, dengan latar belakang sebagai programer software, tetapi dapat berkarir diluar latar belakang pendidikannya. Pintar dalam teknis pekerjaan, cakap berkomunikasi, dan piawai memperluas networking. Karena kemampuannya itulah, dia sering dijadikan trainer di kala perusahaan mengadakan inhouse training. Boleh dibilang dia menjadi salah satu orang penting. Apalagi karirnya terhitung cepat. Berawal dari eksekutif di level country akhirnya meningkat menjadi mengepalai divisi di tingkat regi

Soe Hok Gie jalan-jalan keliling Semarang

Gie. Nama lengkapnya Soe Hok Gie. Seorang aktivis mahasiswa UI tahun 66 (saudara sekandung dengan Arief Budiman), yang akhirnya meninggal di Gunung Semeru di pangkuan sahabatnya, Herman Lantang. Film yang menceritakan tentang sosok Gie ini disutradarai oleh Riri Reza, dan telah diputar di bioskop-bioskop beberapa waktu yang lalu. Dan dalam rangka hari kemerdekaan tahun ini, Trans TV memutar film tersebut tepat pada tanggal 17 Agustus jam 22.30. Tentang sosok Gie sendiri, saya sebelum nonton film itu, jujur saya akui tidak mengerti. Hanya pernah dengar namanya saja, dan melihat sekilas ada buku yang berjudul Gie. Tetapi belum pernah membacanya. Dan pada waktu saya menyaksikan film tersebut barusan di Trans TV, yang membuat saya terkesan justru bukan karena sosok Gie itu sendiri, atau pemikiran-pemikiran dan harapannya. Yang menarik perhatian saya yakni, sudut-sudut kota Semarang yang terekam jelas dalam ingatan, tiba-tiba muncul kembali. Bagi saya yang sudah meninggalkan Semarang, hal i

Freakonomics, Ilmu Ekonomi “Nyeleneh”

Pernah dengar Freakonomics ? Kalau belum pernah dengar ya wajar. Soalnya Freakonomics baru populer di tahun 2005 lalu saat Steven D. Levitt & Stephen J. Dubner merilis buku yang berjudul FREAKONOMICS, A Rogue Economist Explores the Hidden Side of Everything. Yang diterbitkan versi Indonesia oleh PT. Gramedia Pustaka Utama dengan judul terjemahan FREAKONOMICS, Ekonom “nyleneh” membongkar sisi tersembunyi segala hal. Saya sendiri nggak tahu, kenapa saya membeli buku ini. Sudah beberapa kali memang saya liat bukunya, kalo pas lagi jalan-jalan ke toko buku, tapi biasanya saya cuekin aja. Habis, mungkin saya saat itu lagi males baca yang agak berat, jadi ya saya lewatin aja. Tapi, pernah satu saat waktu lagi browsing di internet, saya baca bahwa buku ini benar-benar menarik, dan jadi best seller dimana-mana. Akhirnya saya penasaran juga. Dan saya beli juga akhirnya buku itu. Sudah menjadi kebiasaan saya saat membaca buku, yakni jarang membaca Kata Pengantar. Tapi tidak tahu kenapa,

Politics in Football, Should we denied?

As a football spectator, I think we know Arsenal, A Football Club in English Premiership League. The Club that supported by Fly Emirates, Airline Company that located in Middle East, try to promote their existence to Middle East fans, beside the money from sponsor mainly to build a new stadium that now named Emirates Stadium. As a Moslem, I think we should proud that Moslem company became a sponsor an elite football club in English Premiership League, one of the best football leagues in the world. But Should we proud? I suggest you have to visit this website . Here, you will now that the club that you adore currently becomes supporter of Country , which applied apartheid policy. The policies that are not allowed in every country in the world. Arsenal has signed with Tourism Minister Avraham Hirschson that worth £350,000. And the £350,000 agreement makes Israel Arsenal's "official and exclusive travel destination." Israel will be featured on digital perimeter boards and 45

Sex Life Survey

Sex. Do you hate sex? Why? Please fill in Sex Life Survey with click on button below. Hope you enjoy with your sex ....

Terlanjur Enak [2]

Pertanyaan yang susah dijawab. Masak sih orang nggak mau enak? Kalau dipikir-pikir sebenarnya, apa yang kita kerjakan setiap hari bertujuan untuk sesuatu yang enak. Kita kerja untuk cari uang. Uangnya untuk? · Beli Makan. Ada nggak sih orang yang nggak suka makan? Enak bukan... · Buat Modal Kawin. Coba tanya orang yang lagi pacaran, kapan mau nikah? Ntar dulu deh, kerja dulu terus punya duit baru kawin. Emang kawin enak? Nggak cuma enak lagi, tapi murah! Nggak percaya? Coba kalau anda yang suka ’jajan’. Berapa biaya untuk bayar wanita panggilan/WTS/PSK? Rp 200 ribu? 300 ribu? Atau lebih. Dengan asumsi anda melakukannya setiap hari, kalau sekali ‘jajan’ 200 ribu, berarti setiap bulan anda mesti mengeluarkan paling tidak 6 juta rupiah.Coba bayangkan kalau anda sudah nikah, tiap hari anda boleh melakukannya, dapat pahala lagi. Biaya? Mmmm, yang pasti keluar sih biaya resepsi, biaya hidup bulanan buat istri. Enak bukan... · Beli rumah. Berarti nggak dikejar-kejar ibu kost, atau yang punya

Terlanjur Enak [1]

Comfort Zone. Saya tidak tahu apa padanan katanya di bahasa Indonesia. Kedua kata itu sering saya dengar dan sering saya jadikan topik diskusi yang menarik dengan seorang sahabat di Bali. Menurutnya dia sudah meninggalkan apa yang disebut Comfort Zone tadi. Ceritanya begini. Beberapa tahun yang lalu di awal perkawinannya, dia pernah bekerja part time untuk sebuah perusahaan multi nasional yang berkedudukan di Jakarta. Dia sendiri tetap berada di Bali. Dengan bekerja paruh waktu tersebut dia mendapatkan penhasilan yang cukup lumayan. Dibilang cukup karena dia hitung berdasarkan hari kerja dibanding dengan gaji yang diterima. Kerja 10 hari tapi dibayar 26 hari kerja untuk ukuran daerah. Sekitar 2 tahun yang lalu, secara tiba-tiba dia mengundurkan diri. Alasannya, tidak cocok dengan supervisor. Padahal waktu itu dia sedang membutuhkan biaya yang cukup besar untuk membayar kuliah S2 nya. Tapi dengan tekad yang bulat akhirnya secara perlahan dia berhasil mengatasi berbagai kesulitan keuanga

Dari Piala Dunia ke 8 Besar Liga Indonesia

Selesai sudah hiburan Piala Dunia selama sebulan penuh, yang akhirnya melahirkan Juara Dunia Cacat yakni Italia. Kenapa saya sebut cacat? Karena, Italia membawa cacat yang tak mungkin ditutupi dan itu sudah menjadi bagian dari kompetisi liga serie A yakni diving. Diving saat melawan Australia yang akhirnya melahirkan penalti dan gol. Sehingga membawa Italia ke babak berikutnya. Diving, Pengaturan skor, Suap. Itulah Liga serie A. Sebenarnya secara emosional, babak 8 besar liga Indonesia buat saya lebih berarti dibandingkan Piala Dunia. Saya nggak peduli orang berkata, sepak bola Indonesia adalah sepak bola kampungan. Tidak sebanding dengan tim-tim Piala Dunia. Sehebat-hebatnya tim di Piala Dunia, nggak ada secuil pun yang berhubungan dengan saya. Walaupun kalau dicari hubungannya ada aja sih. Jerman Hubungan saya dengan Jerman yakni kebetulan saya bekerja di perusahaan yang berkantor pusat di Jerman. Belanda Negara yang pernah menyengsarakan Indonesia selama 350 tahun. Tapi kok sekarang

Pembantu Juga Manusia [2]

Repot tanpa pembantu? O iya saya belum cerita mengenai hal ini. Di rumah saya sebenarnya ada pembantu yang lain lagi. Yakni khusus cuci dan setrika. Dia datang setiap hari hanya khusus nyuci dan nyetrika aja. Jadi sebenarnya dengan satu pembantu yang ada sekarang nggak terlalu repot juga sih. Cuma memang harus merubah jadwal harian saya. Tadinya saya berangkat kerja bareng sama istri. Setengah tujuh pagi sudah menyusuri jalanan ibukota. Dan sampai kantor sekitar jam setengah lapan pagi. Masih sangat pagi, karena jam kantor saya dimulai jam 9 pagi. Biasanya saya habiskan buat ngopi lagi [dirumah sebelum berangkat sudah ngopi], sambil baca koran, terus browsing internet. Nah, sekarang berubah total. Istri saya pagi terkadang harus berangkat sendirian dan naik angkot pula. Dan saya? Mmm mencoba menjadi ayah yang baik .. [hahahaha]. Saat istri berangkat ya, saya nungguin anak saya sampai bangun, terus mandiin, nyuapin sarapan, ngajak main. Sampai kira-kira jam delapan. Setelah nitipin anak

Pembantu Juga Manusia [1]

Sudah hampir setengah bulan ini, kami tidak memakai pembantu rumah tangga. Sebenarnya mungkin tidak bisa disebut pembantu. Karena tugas utamanya dia mengasuh anak kami yang baru berumur 1.5 thn. Cuma, saya merasa nggak biasa nyebutnya sebagai baby sitter. Jadi saya yang saya anggap sebagai pembantu juga. Dia resign jadi pembantu di rumah dengan alasan sering sakit-sakitan, jadi mau istirahat dulu. Nggak kerja, di rumah saja. Itu alasan yang diberikan pada saya tempo hari. Saya sih, ya mau gimana lagi. Tidak bisa melarang dan menahan dia untuk tetap jadi pembantu di rumah. Memang beberapa hari sebelum dia berhenti, dia sudah tidak masuk karena sakit. Tinggalnya memang tidak jauh dari rumah kami. Dia salah satu tetangga kami. Setiap pagi sebelum kami berangkat bekerja, dia telah datang ke rumah dan mengurus segala keperluan si kecil. Kalau dihitung, memang ini bukan yang pertama dia sakit. Kalau tidak salah yang ketiga kalinya dia absen karena sakit. Ternyata alasan sakit itu menjadi tan

P E T E

Tempo hari, saya kedatangan tamu dari Hongkong. Cukup menarik juga ternyata berinteraksi dengan orang luar. Saya sendiri cukup kaget. Ada beberapa hal yang bikin saya kaget. Salah satunya yakni PETE ! Ceritanya begini. Suatu saat, pas kita lagi di HERO Pondok Indah, tiba-tiba dia nyelonong ke bagian sayuran. Selidik punya selidik ternyata dia nyari Pete. Saya tanya dia, emang suka pete? Katanya, lho emang kamu nggak tau kalau ibu saya itu Indonesian Chinese. Dulu pernah tinggal disini sampai SMA, terus karena diharuskan sama Presiden Soekarno untuk milih jadi WNI atau pulang ke Cina, ibunya milih pulang. Disana, yang mau kuliah digratrisin. Dan disana pula Ibunya yang Cina Indonesia ketemu sama Bapaknya yang berasal dari Cina Thailand. Makanya saya suka pete!. Saya juga suka emping, krupuk, gado-gado. Nah, yg bikin kaget lagi, yang dia cari itu bukan Pete yang sudah dikupas. Tapi yang sama kulitnya. Walaah... bener-bener nih orang. Jauh-jauh ke sini, cuma pengen bawa Pete. Dan yang pal

Mental Sickness

Salah seorang rekan kerja, dia berasal dari Jepang, beberapa bulan ini tepatnya sudah 6 bulan dia dirawat di rumah sakit. Dan saya sebenarnya nggak tahu apa yang dia derita. Tapi dari cerita yang saya dengar, dia mengalami semacam gangguan jiwa. Hah? Gangguan jiwa? Saya nggak tahu pasti berapa umurnya dia sekarang. Tapi saya yakin lebih dari 50 tahun. 10-20 tahun yang lalu dia bertugas untuk membuka kantor cabang perusahaan tempat saya bekerja sekarang ini. Dia membuka kantor Indonesia, Malaysia, Singapura, dll. Selain itu dia juga harus melakukan presentasi ke klien. Dan itu dia lakukan setiap bulan. Dalam satu bulan bisa beberapa kali presentasi. Seperti layaknya sebuah presentasi, hal yang paling penting adalah persiapannya. Di saat itu lah si Jepang ini, sering mengalami kekhawatiran yang amat sangat. Khawatir kalau ini, itu, dsb. Coba bayangkan, hal itu berlangsung berulang setiap bulan dan puluhan tahun. Sampai akhirnya mungkin karena sudah terlampau parah, dia harus dirawat d

Strategi Bertahan ala Playboy Indonesia

Siapa orang paling nekat di Indonesia? Suporter Bonek dari Surabaya? Yang jelas bukan siapa-siapa. Namanya mencuat paling baru beberapa bulan ini. Dan pasti bukan bagian dari Bonek tadi. Tapi dia lebih nekat dari pada Bonek. Dia adalah Erwin Arnada. Salah satu tokoh dibalik terbitnya Playboy Indonesia. Apa dia nggak kapok ya, dipanggil dan diinterogasi berjam-jam sama Polri terus kantornya dirusak oleh masa yang tidak setuju Playboy Indonesia terbit. Memang Playboy Indonesia sempat urung terbit untuk edisi bulan Mei 2006 kemarin, karena tekanan dari berbagai pihak yang tidak setuju. Tapi, tiba-tiba di tanggal keramat ini [6-06-2006] ada berita bahwa Playboy edisi Juni siap edar! Saya mikir, gila nih orang! Benar-benar Bonek!. Punya nyawa cadangan kali ya.. Tapi kalau dipikir-pikir, masak sih nggak ada pertimbangan matang sampai dia berani menerbitkan kembali? Apa sih strateginya? Dari berita yang beredar, sepertinya ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Pindah Kantor Sejak kantor

Hamil

Barusan dapat info dari teman sekantor, bahwa istrinya sudah hamil. Alhamdulillah. Akhirnya mereka berdua [dia dan istri] dititipin juga sama Allah. Diantara rekan-rekan kantor, dia memang yang paling telat punya anak. Nikahnya selisih dua bulan sama saya, tapi sudah dua tahun lebih belum menunjukkan tanda-tanda mau hamil. Kalau sudah begitu biasanya sudah mulai berpikir macam-macam deh. Yah, paling nggak periksa ke dokter lah. Tapi buat periksa ke dokter pun saya yakin butuh keberanian tersendiri. Emang dah siap denger vonis dokter kalau kita nggak bisa punya anak? Saya nggak tau, teman saya tadi sempat ke dokter apa nggak. Yang jelas sekarang istrinya sudah hamil, titik. Sebenarnya kalau dipikir, Allah itu Maha Tau kok. Kapan Dia mau menitipkan ke kita, kapan mau mengambil titipan, semua sudah ada jadwalnya. Saya dan rekan saya tadi sempat diskusi kecil mengenai masalah ini. Kebetulan kami berdua sama-sama baru saja membentuk keluarga, dan sama-sama ambil KPR. Tau sendiri dong kalau

Lokasi VS Konsep

Di dunia bisnis, terutama retail, seringkali kita mendengar bahwa kunci keberhasilan suatu usaha adalah pemilihan lokasi yang tepat. Faktor berikutnya adalah lokasi, yang ketiga? Lokasi juga. Tapi benarkah demikian? Sungguh suatu pertanyaan yang menarik, benarkah hanya lokasi yang menentukan keberhasilan suatu usaha [terutama usaha retail]? Sudah banyak contoh memang untuk menunjukkan bahwa lokasi yang tepat, merupakan faktor penunjang dari keberhasilan suatu usaha. Contoh yang paling gampang adalah rumah makan Padang yang seringkali berada di daerah persimpangan. Karena disitulah banyak orang belalu lalang. Nah, sekarang jika ada toko retail yang berada di lokasi bagus tetapi secara konsep biasa-biasa saja, apakah akan berhasil? Mungkin jika disurvey, hasilnya akan lebih banyak ya dari pada tidak. Terus apabila ada toko retail yang berada di lokasi kurang bagus, tetapi secara konsep sangat bagus akankah berhasil? Mungkin jawabannya lebih beragam. Karena memang belum banyak contoh untu

Anggun yang tak anggun lagi

Anggun muncul lagi. Kamis malam kemarin, bagi yang melihat Kick Andy, pasti melihat penampilan Anggun. Sosok perempuan berdarah Jawa bahkan kalau tidak salah masih keturunan dari Keraton, dan sekarang menjadi perempuan kosmopolitan [kalau boleh dibilang seperti itu]. Melihat Anggun sekarang, tiba-tiba teringat beberapa tahun lalu, saat muncul dengan topi baretnya disertai lengkingan suara yang teramat tinggi. Mungkin karena masih tergolong anak-anak pd masa itu, jadi suaranya bisa mencapai nada yang cukup tinggi. Yang juga tak terlupakan adalah -- saya nggak tahu nyebutnya apa ya--entah jerawat atau semacam codet di pipinya. Dulu sering ditutupi dengan rambutnya yang lumayan panjang. Saya sendiri dulu cukup ngefans sama dia. Maklum mungkin karena pada saat dia ngetop, umurnya hampir sama. Dan pada saat itu lagi suka-suka nya sama musik rock. Dan memang lagu-lagunya cukup enak didengar. Jadi ya klop lah. Tapi setelah itu dia menghilang. Dan muncul lagi, sebagai warga negara Perancis, de