Skip to main content

Posts

Showing posts from June, 2020

Salah Satu Profesi Terberat di Dunia

Apakah itu?  Adalah menjadi guru di pesantren. Tidak banyak orang yang mampu menjalani profesi ini. Ada apa dengan profesi ini? Sesulit apa menjadi ustadz di pondok? Apa bedanya dengan pengajar di lembaga pendidikan yang lain? Mereka, para ustadz dan ustadzah ini menerima amanah dari orang tua santri untuk mendidiknya selama 24/7. Mulai dari bangun sebelum subuh hingga menjelang tengah malam. Disaat yang sama, orang tua santri, bisa jadi menjalani hidup normal seperti orang kebanyakan, berangkat kerja, ngopi di cafe, berbelanja di mall, menikmati hiburan setelah pulang kerja, tanpa gangguan anak-anak, dan disaat yang bersamaan anak-anak mereka dalam pengawasan ustadz dan ustadzah. Disaat mereka berkomitmen untuk mengajar di pondok, sejak detik itu pula mereka harus siap mengabdikan hidup mereka selama 24 Jam, 7 hari sepekan di pondok pesantren.  Bersiap pula kehilangan waktu untuk bercengkerama dengan kolega kerja, saudara, reuni dengan teman sekolah. Dan yang terberat terutama bagi gu

Memilih Pondok Pesantren

Keinginan orang tua memasukkan anaknya ke pondok pesantren jelas, supaya belajar agama dengan lebih baik. Itu jelas, tidak perlu perdebatan panjang. Masalahnya adalah pondok mana dan seperti apa yang layak dipilih?  Ada beberapa sudut pandang yang bisa dipakai preferensi untuk memilah-milah pondok yang sesuai. Afialisi dengan kelompok tertentu. Suka tidak suka point ini penting buat sebagian masyarakat kita. Kita sering merasa bagian dari salah satu kelompok atau ormas Islam, dan cenderung akan memilih yang sepaham.  Biasanya terbagi apakah punya kaitan dengan NU? Atau Muhammadiyah? Dua itu ormas terbesar di Indonesia. Walaupun Muhammadiyah lebih bergerak di bidang pendidikan sekolah non asrama, tetapi ada pesantren yang merupakan afiliasi Muhammadiyah. Kalau NU tidak usah ditanya lagi, core nya NU disini. Dan jumlahnya ribuan. Selain dua ormas besar tersebut, yang mulai banyak adalah kelompok Tarbiyah yang identik dengan PKS. Sebelumnya memang kelompok ini pelopor Full Days School at

Ayah Bunda Ikhlaskan Anakmu Menuntut Ilmu Akherat

Kesuksesan pendidikan itu tidak hanya tergantung pada sekolah. Ada faktor murid sebagai pelaku, dan yang sangat penting tapi sering dilupakan adalah peran orang tua. Kenapa saya bilang sering dilupakan? Orang tua sering saking percayanya dengan sekolah seolah 'pasrah bongkokan' atau yang lebih parah, orang tua karena sudah membayar mahal dana pendidikan jadi lepas tangan terhadap proses pendidikan anak-anaknya.  Apalagi pendidikan di boarding school atau pesantren, 24/7 anak itu berada di luar jangkauan langsung orang tua. Anak-anak itu dari bangun tidur, belajar, makan, sampai tidur lagi bersama dengan teman-temannya dan ustadz/ustadzahnya. Nanti jika timbul masalah, ada orang tua yang menyalahkan pihak sekolah/pesantren dengan alasan, anak-anak itu tidak bersama mereka dan mereka merasa sudah membayar mahal untuk itu. Supaya proses pendidikan santri dapat berjalan baik, bagaimana sebaikanya peran orang tua?  Berilah keluarga dengan rejeki yang halal. Ini penting. Kita tidak t

Apa Yang Perlu Dipersiapkan Sebelum Nyantri?

Bertahun-tahun lalu, seorang anak mendengar kata pesantren akan langsung terbayang hal-hal yang seram. Ibaratnya sebuah penjara. Yang masuk kesana anak-anak bermasalah.  Orang tua yang merasa anaknya nakal sering dengan nada ancaman mengatakan, "kamu kalau nakal, bapak kirim ke pesantren lho !". Akhirnya terbentuk persepsi bahwa pesantren adalah tempat anak-anak yang katanya nakal biar sembuh kenakalannya. Tapi perlahan image seperti itu pudar sejalan dengan meningkatnya tingkat religiusitas masyarakat. Mereka percaya bahwa pesantren bisa menjadi salah satu alternatif tempat pendidikan tidak bisa dianggap sebelah mata. Sudah teruji bahwa produk pesantren ikut mewarnai dunia kepempinan di negeri ini. Bahkan output dari pesantren dipercaya juga mempunyai bekal yang lebih dibanding sekolah konvensional. Nah, persiapan apa yang perlu dilakukan calon santri sebelum masuk pesantren?  Persiapannya akan lebih baik jika dilakukan jauh-jauh hari sebelum masuk asrama untuk pertam

Penyebab SPP Boarding School Mahal

Pesantren modern atau biasa disebut Boarding School atau Sekolah Berasrama, cenderung uang sekolahnya lebih tinggi dibanding Pesantren Tradisional.  Istilah mahal atau murah sebenarnya relatif.  Setiap individu punya paramater untuk menggolongkan biaya tersebut mahal atau murah. Ada yang menyebut mahal jika kita sulit untuk membayarnya, atau jauh diatas kemampuan daya bayar kita.  Dan sebaliknya, jika kita mampu membayar angka tersebut, berarti murah. Terlepas harga tersebut sangat tinggi buat sebagian orang. Dari penelusuran beberapa pesantren, salah satu faktor yang membuat SPP nya melonjak tinggi adalah jumlah tempat tidur per kamar. Semakin sedikit santri per kamar, SPP nya akan semakin tinggi. Berapa patokan jumlah santri per kamar bisa dikategorikan sedikit atau banyak? Tidak ada angka pasti, tapi jika jumlah santri per kamar kurang dari 10, itu bisa dikategorikan sedikit. Umumnya antara 6-8 orang per kamar. Sebaliknya, ada bahkan banyak sekali pesantren yang jumlah santr

Pesantren Lebih Mahal Dibandingkan Sekolah Biasa?

Istilah Boarding School akhir-akhir ini sering dipakai untuk pesantren modern yang mulai menjamur di beberapa daerah. Salah satu ciri Boarding School adalah bangunan fisik yang terlihat lebih modern dibanding pesantren tradisional yang sebelumnya lebih dikenal masyarakat. Konsekuensinya adalah biaya sekolah yang dianggap cukup tinggi dan hanya golongan tertentu yang sanggup membayarnya. Dan pasti julukan sekolah elit, mahal, eksklusif hinggap juga di jenis sekolah ini. Orang akhirnya membandingkan biaya masuk sekolah konvensional dengan boarding school. Biasanya terkaget-kaget jika melihat nominalnya. Biaya masuk dan SPP Boarding School biasanya lebih tinggi dibanding sekolah swasta non asrama. Tidak ada patokan khusus seberapa tinggi perbedaannya. Bisa dua kali lipat bahkan bisa lebih tinggi dari itu. Akhirnya muncullah persepsi bahwa Sekolah Berasrama atau Boarding School ini lebih mahal dibanding sekolah swasta Islam sebelumnya sudah dianggap mahal dibanding sekolah negeri. Be

Benarkah Sekolah Islam Mahal?

Dulu di era 80-90an, julukan sekolah mahal identik dengan sekolah swasta Katolik atau Kristen. Jarang sekali sekolah Islam dibilang sekolah elit, mahal, atau eksklusif. Sekolah Islam yang paling awal dibilang mahal boleh jadi Sekolah YPI Al Azhar Kebayoran Baru yang dirintis oleh tokoh-tokoh Islam  di era tahun 70an, salah satunya Buya Hamka. Sejarah YPI Al Azhar dibilang mahal karena minimnya sekolah Islam di kala itu. Banyak kaum muslimin di tengah kota Jakarta berminat menyekolahkan anaknya di tempat tersebut. Meskipun uang sekolah dinaikkan setinggi apapun, peminatnya tidak berkurang bahkan terus bertambah. Sejak itulah YPI Al Azhar identik dengan sekolah Islam mahal dan konsepnya ditiru sekolah-sekolah lain. Bahkan nama Al Azhar pun sempat menjadi rebutan haknya. Era milenium menjadi babak baru sekolah Islam dengan konsep terpadu, sekolah Full Days School, yang tidak hanya menitikberatkan semata-mata Ilmu Akademis, tetapi juga mengasah adab, akhlak, dan karakter sesuai tuntunan Qu

Indonesia Darurat Guru Tahfidz

Beberapa waktu lalu, saya berkesempatan ngobrol panjang dengan salah satu pimpinan pesantren. Kami sudah lama tidak bersua dikarenakan pandemi corona yang mengharuskan kita berada di rumah. Jadi saat bertemu kami seperti menumpahkan segala macam kerinduan yang amat sangat. Banyak topik yang jadi bahan obrolan kami. Salah satu bahan obrolan yang cukup mengagetkan saya adalah, banyak pesantren yang mengalami kekurangan guru tahfidz Quran. Seperti kita tahu, kalangan umat Islam mengalami peningkatan kesadaran beragama yang cukup signifikan dalam beberapa tahun terakhir ini. Mereka banyak mengikuti kajian-kajian untuk menambah ilmu untuk bekal di akherat nanti. Salah satunya mereka berkeinginan menjadi penghafal Qur'an. Paling tidak anaknya ada yang menjadi Hafidz. Jika pun tidak mampu hafal 30 Juz, mampu membaca Qur'an dengan baik dan menghafal 1-2 Juz sudah cukup membahagiakan hati orang tua. Tidak heran, program-program Tahfidz yang digelar lembaga sekolah, pesantren, atau tempa