Apakah itu? Adalah menjadi guru di pesantren. Tidak banyak orang yang mampu menjalani profesi ini.
Ada apa dengan profesi ini? Sesulit apa menjadi ustadz di pondok? Apa bedanya dengan pengajar di lembaga pendidikan yang lain?
Mereka, para ustadz dan ustadzah ini menerima amanah dari orang tua santri untuk mendidiknya selama 24/7. Mulai dari bangun sebelum subuh hingga menjelang tengah malam.
Disaat yang sama, orang tua santri, bisa jadi menjalani hidup normal seperti orang kebanyakan, berangkat kerja, ngopi di cafe, berbelanja di mall, menikmati hiburan setelah pulang kerja, tanpa gangguan anak-anak, dan disaat yang bersamaan anak-anak mereka dalam pengawasan ustadz dan ustadzah.
Disaat mereka berkomitmen untuk mengajar di pondok, sejak detik itu pula mereka harus siap mengabdikan hidup mereka selama 24 Jam, 7 hari sepekan di pondok pesantren.
Bersiap pula kehilangan waktu untuk bercengkerama dengan kolega kerja, saudara, reuni dengan teman sekolah.
Dan yang terberat terutama bagi guru akhwat yang belum menikah adalah mencari jodoh. Jika menikah kelak, jika suaminya bukan rekan seprofesi di satu tempat kerja, maka dia bersiap melepas profesi yang sekarang untuk mengikuti suami.
Pilihan lainnya ya berjodoh dengan rekan di tempat kerja. Sejak bangun tidur sampai tidur lagi tidak jauh dari pasangannya.
Resiko-resiko diatas menjadi alasan wajar bahwa seharusnya guru di pondok pesantren mendapatkan imbalan yang layak. Lebih dari rekan seprofesinya di tempat lain.
Mereka tidak sekedar mentransfer ilmu, tapi juga menularkan karakter melalui laku hidup sehari-hari yang mungkin tidak bisa dilakukan orang tua santri sendiri.
#Pesantren #PertanyaanSeputarPesantren #FAQPesantren
Comments