
Pernah dengar Freakonomics? Kalau belum pernah dengar ya wajar. Soalnya Freakonomics baru populer di tahun 2005 lalu saat Steven D. Levitt & Stephen J. Dubner merilis buku yang berjudul FREAKONOMICS, A Rogue Economist Explores the Hidden Side of Everything. Yang diterbitkan versi Indonesia oleh PT. Gramedia Pustaka Utama dengan judul terjemahan FREAKONOMICS, Ekonom “nyleneh” membongkar sisi tersembunyi segala hal.
Saya sendiri nggak tahu, kenapa saya membeli buku ini. Sudah beberapa kali memang saya liat bukunya, kalo pas lagi jalan-jalan ke toko buku, tapi biasanya saya cuekin aja. Habis, mungkin saya saat itu lagi males baca yang agak berat, jadi ya saya lewatin aja.
Tapi, pernah satu saat waktu lagi browsing di internet, saya baca bahwa buku ini benar-benar menarik, dan jadi best seller dimana-mana. Akhirnya saya penasaran juga. Dan saya beli juga akhirnya buku itu.
Sudah menjadi kebiasaan saya saat membaca buku, yakni jarang membaca Kata Pengantar. Tapi tidak tahu kenapa, diawal membuka-buka buku ini, dalam hati saya bilang, kayaknya harus dibaca benar-benar dari awal nih.
Dan ternyata, setelah dari halaman ke halaman, saya jadi ingat perkataan Forest Gump bahwa setiap kita membuka kotak berisi coklat, kita tidak akan pernah benar-benar tahu apa rasa yang ada di dalamnya. Begitu juga dengan buku ini, anda akan mendapatkan hal-hal yang tak terduga di dalam setiap bab nya. Karena memang buku ini tidak mempunyai tema tunggal. Coba kita lihat judul per babnya :
1. Apa Persamaan Guru dan Pegulat Sumo?
2. Mengapa Ku Klux Klan Sama seperti Sekelompok Agen Real Estat?
3. Mengapa Bandar Narkoba Masih Tinggal dengan Ibunya?
4. Kemana Para Kriminal Menghilang?
5. Apa yang membuat Orangtua Jadi Sempurna?
6. Pengasuhan Anak yang Sempurna: Apakah seorang Roshanda akan tetap seharum mawar bila diberi nama lain?
Aneh kan? Memang. Kalau kita cermati, ada persamaan dari keenam judul bab yang ada di buku ini. Apa itu? Semuanya berbentuk PERTANYAAN. Itulah cara yang digunakan Steven D. Levitt ini dalam membongkar berbagai macam kasus yang disodorkan kepadanya. Apakah hanya dengan pertanyaan? O jelas tidak. Selain pertanyaan, dia membekali dirinya dengan segunung data. Kalau anda tidak terbiasa dengan data, wah benar-benar nyerah deh..
Setelah pertanyaan-petanyaan yang aneh itu tadi, kemudia biasanya dia menggelar berbagai macam data pendukung yang terkadang sering tak terduga. Seperti di bab pertama yang mencoba mencari guru-guru yang melakukan kecurangan di ujian nasional. Dimana guru-guru itu mengganti jawaban salah dari murid menjadi benar. Hal ini terkait dengan insentif yang diterima guru jika tingkat kelulusan muridnya tinggi. Dengan caranya sendiri si Steven berhasil membongkar kasus ini dimulai dengan data komputer mengenai hasil ujian. Dengan bantuan program komputer, dia berhasil melihat gejala aneh di jawaban para siswa yang mengikuti ujian tersebut. Untuk lebih jelasnya bisa dibaca di bab pertama buku ini.
Pada dasarnya, cara dia membongkar satu persoalan yakni mendasarkan pada ide fundamental seperti :
· Insentif adalah landasan kehidupan modern. Motif dari berbagai mecam teka-teki ujung-ujungnya adalah insentif. Kalo orang Indonesia bilang UUD, Ujung-Ujungnya Duit.
· Keyakinan Umum (conventional wisdom) sering salah. Belum tentu hal yang diyakini banyak orang itu selalu benar.
· Efek dramatis sering mempunyai sasaran-sasaran yang jauh, bahkan tidak terlihat. Pernah seorang teman {dia seorang wartawan}, saat meliput satu kasus, dia tanya yang mati berapa? Kalau nggak ada yang mati nggak rame. Jadi yang penting HEBOH dulu deh. Harga barang-barang naik 30%! Padahal kalau dilihat-lihat lagi, mungkin saja si wartawan tanya harga hanya di satu toko. Dan si empunya toko bilang harga naik. Eh si wartawan main tulis aja, harga naik. Padahal bisa saja toko itu memang kulakan sedikit jadi dapet harga yang mahal. Sedangkan toko lain malah ngasih diskon… bisa saja kan?
· “Pakar”- dari para kriminolog sampai agen real estat – menggunakan kelebihan informasi mereka untuk membantu agenda mereka sendiri.
· Mengetahui apa yang harus diukur dan bagaimana mengukurnya bisa membuat dunia yang kompleks menjadi tidak atau kurang kompleks. Jika ada mempelajari bagaimana melihat data dengan cara yang benar, Anda dapatmenjelaskan teka-teki yang tampaknya tidak mungkin. Karena tidak ada satupun kekuatan sebagaimana kekuatan angka untuk mengupasi lapisan kebingungan dan kontradiksi.
Anda tertarik?
Comments
Mungkin gara2 aku bukan ekonom atau emang bodo banget, aku bacanya kok gak mudeng-mudeng - even tried multi, many & vary.
Drpd pusing2, mbesok2 tak cari bhs Indo-nya aja ah biar lekas katam.
Trims banget atas pencerahannya lho.
Salam kenal.