Skip to main content

Seeing is Believing

Seeing is Believing. Kata-kata itu muncul seketika, saat selesai mengikuti Workshop yang diadakan hari Jum'at-Sabtu tanggal 19-20 Mei 2006 yang bertema "Converting Customer Service in Sales" From Cost Center to Profit Driver. Kenapa saya mengatakan demikian?

Sebenarnya ini bukan pertama kali ikut seminar atau workshopnya Hermawan Kartajaya (HK) yang saya ikuti. Pertama kali ikut kira-kira lebih dari 10 tahun yang lalu. Saat itu saya masih mahasiswa. Dan kebetulan seminar itu gratis. Jadi pas sekali dengan kantong mahasiswa. Cukup berbobot dan menghibur kala itu. Jarang sekali seminar gratis, tapi isinya berbobot sekaligus menghibur. Karena memang sang icon marketing itu membawakannya dengan gaya entertainer sejati. Padahal content yang dibawakan biasanya cukup membuat kepala jadi puyeng.

Dan sekarang, saya dapat kesempatan untuk ikut lagi. Sebenarnya dibandingkan 10 tahun yang lalu, ilmu yang disampaikan tidak lah jauh berbeda. Gaya yang disampaikan juga sama. Cuma ya itu, masa sih peserta nggak dapat apa-apa ikut workshop yang berharga 3 juta keatas? Harga segitu sepertinya, harga kelas premium untuk workshop yang diadakan orang lokal.

Ilmu yang disampaikan sebenarnya sama dengan apa yang ada di buku, artikelnya. Tetapi dengan mengikuti langsung, saya rasa peserta bisa lebih mengerti dibandingkan dengan membaca. Karena jarak antara sumber ilmu dan penerima sangatlah dekat. Serasa tidak ada jarak malah. Anda bisa ngobrol langsung dengan beliau, terutama saat coffee break.

Selain itu, ada juga guest speaker yang menyampaikan beberapa kasus di perusahaannya yang sesuai dengan tema workshop tersebut. Seperti Pak Dadan dari Toyota, Andreas Diantoro dari Dell. Jadi dapat teori sekaligus contoh langsung dari para pelaku. Seharusnya cara seperti ini, lebih mengena ke peserta dibandingkan dengan kita belajar sendiri.

Ada hal yang menarik di acara ini. HK bercerita bahwa dia sempat ditanya sama pihak hotel (Shangrila)."Wah Pak Hermawan mau bikin hotel di dalam hotel ya pak?"

Masalahnya adalah, pihak MarkPus&Co, membawa sendiri para pelayan yang setiap harinya adalah karyawan MarkPlus&Co. Dengan peserta sebanyak 200 orang jika mengandalkan dari pihak hotel, saya yakin pelayanannya tidak seprima dibandingkan dengan karyawannya sendiri yang terbiasa dengan melayani konsumen seminarnya. Mulai dari registrasi, sampai dengan mengambilkan dan menuangkan minum. Bahkan kalau anda minta diambilkan obat sakit kepala pun bisa.

Mereka juga mengenal para peserta dengan baik. Saya selama dua hari tersebut, sengaja tidak memakai name tag yang disediakan. Name tag tadi berisi info tentang nama dan perusahaan asal. Dan yang membuat saya terkesan, mereka dapat mengingat nama saya dengan baik. Wow....

Comments

Popular posts from this blog

Masalah Parkir di Supermal Karawaci

Jika anda akan parkir, khususnya sepeda motor, di areal Supermal Karawaci saya sarankan untuk lebih teliti. Mengapa? Saya mengalamai hal ini sudah dua kali. Jadi kira-kira begini, pada saat kita mau keluar dari area parkir, kita diharuskan menunjukkan STNK dan menyerahkah karcis parkir kepada petugas. Prosedur standarnya adalah petugas itu akan memasukkan No Pol Kendaraan ke Mesin (semacam cash register), dan disitu akan tertera berapa jumlah yang harus kita bayar. Nah, prosedur inilah yang saya lihat tidak dilaksanakan oleh petugas parkir di Supermal Karawaci . Saat saya menyerahkan karcis parkir, dan dia melihat Jam saya mulai parkir, dia langsung menyebutkan sejumlah tertentu (tanpa memasukkannya ke mesin),yakni Rp. 3.000. Saya curiga, segera saya minta untuk dimasukkan datanya dulu ke mesin. Dan setelah dimasukkan. Apa yang terjadi? Jumlah yang harus saya bayar cuma Rp. 2.500. Dan ini saya alamai DUA KALI!. Dan seorang tetangga pun pernah mengalami hal yang sama. Coba bayangkan ji

Larangan Sepeda Motor Lewat Jalan Protokol; Mempersulit Hidup Orang Pas-Pas an

Kata orang kalau kita berada di tengah, cenderungnya aman. Nggak terlalu ekstrem, entah di ke atas atau ke bawah. Tapi, hal itu tidak berlaku buat orang yang pas-pasan hidup di Jakarta. Orang-orang kelas menengah bawah di Jakarta, tahun-tahun terakhir ini semakin menyadari bahwa naik sepeda motor adalah jawaban yang pas atas kemacetan yang terjadi tak kenal waktu di Jakarta. Nggak perduli orang tinggal di tengah Jakarta atau pinggiran Jakarta, mulai beralih ke sepeda motor sebagai alat transportasi utama. Ngirit baik waktu maupun biaya. Eh, ternyata kegembiraan ini tidak menyenangkan buat seorang yang Keras Kepala. Dia akan melarang sepeda motor melewati jalan Sudirman dan Thamrin. Dengan alasan membikin macet dan semrawut. Saya nggak tahu, dia itu mbodhoni atau memang benar-benar bodho. Satu sepeda motor dengan satu atau dua orang penumpang, hanya akan memakan jalan sekitar 1.5 meter an. Nah, sekarang bandingkan dengan satu orang yang naik mobil, sudah makan berapa meter tuh???? Jika

Karawaci Loop, Track Gowes Adem di Tangerang

Salah satu tempat recommended buat bersepeda di daerah Tangerang adalah KARAWACI LOOP. Ada yang menyebutnya LIPPO LOOP, karena lokasinya memang di Komplek Perumahan Lippo Karawaci Tangerang. Tapi ada yang menyebutnya LOLLIPOP, bahkan ada Komunitas Goweser di kawasan itu menggunakan istilah ini. Entah kenapa penyebutannya mirip nama permen. Mungkin biar terkesan unik, dan enak diucapkan. KARAWACI LOOP sendiri sebenarnya jalan Komplek Perumahan Lippo Karawaci, jalan menuju kesana dari arah pintu tol menuju Mall Karawaci, sebelum sampai di Mall, ada bundaran di depan Menara Matahari dan Benton Junction. Nah dari bundaran tersebut jika mau ke mall arahnya ke kanan, kalau ke KARAWACI LOOP dari bundaran lurus saja. Bisa dilihat di gambar peta dibawah ini. Kenapa tempat ini recommended untuk goweser?  SATU, karena jalan boulevard komplek, otomatis sepi tidak seramai jalanan umum. Ada dua jalur setiap jalannya. Jadi ada 4 jalur di kedua arahnya. Bahkan sebenarnya ada jalur khusus pesepeda yang