Pernah satu waktu, saat saya mengantar anak saya ke dokter anak, sang dokter bertanya, susunya masih ASI kan?. Saya jawab, wah sudah nggak dokter, cuma sampai 6 bulan. Jadi sekarang pake susu kaleng. Dokternya cuma tersenyum, sambil bilang sekarang si kecil jadi anak sapi dong... ASI kan Air Susu sapI ...
Namanya Erlangga. Panggilannya Angga. Umurnya minggu lalu baru mencapai 35 hari. Dengan waktu yang baru sebulan itu, Angga telah dirawat di rumah sakit 3 kali. Jadi kalau dirata-rata hampir tiap minggu dia dirawat di rumah sakit. Kali ini pun penyakitnya sama, sering buang air besar yang mengakibatkan berat badanya turun drastis. Dari yang semula 3.5 kg pada waktu lahir, kemudian naik menjadi 3.8 kg, dan sekarang anjlok menjadi 3.2 kg. Bahkan saking seringnya buang air besar, dia mengalami dehidrasi berat, sehingga kepalanya kalau orang jawa bilang sedikit dekok. Selain itu untuk bernafas pun, harus dibantu tabung oksigen. Sungguh mengenaskan perjuangan seorang anak manusia berumur 35 hari itu.
Saya sendiri tidak tahu benar kira-kira apa yang menjadi penyebabnya. Apakah karena sekarang memang sedang musimnya penyakit diare atau sebab lain. Di satu kesempatan, saya pernah ngobrol dengan nenek dan ibunya. Menurut keduanya, dari sejak lahir Angga tidak pernah disusui dengan ASI alias Air Susu Ibu. Jadi sejak awal dia minum susu formula, dan selama sakit ini dia berganti susu yang bebas laktosa.
Bayi yang tidak diberi ASI ini sekarang sepertinya tidaklah cerita asing. Berbagai macam alasan bisa keluar dari mulut sang bunda, mulai tidak keluar ASI nya lah, puting nya yang masuk kedalam, takut payudara sang ibu biar berubah bentuk, atau karena sang bunda kerja di luar rumah dan dapat diganti dengan susu formula yang diyakini berfungsi sama dengan ASI.
Bisnis susu formula memang sangat menggiurkan. Saya sendiri tidak tahu berapa market size nya per tahun. Tapi saya yakin sangat besar. Karena biasanya untuk industri yang berhubungan dengan anak-anak, market size nya besar dan tumbuh terus. Karena sang orang tua biasanya berlomba untuk memberikan yang terbaik untuk sang buyung. Dan sekarang kalau kita lihat di pasaran, berbagai macam merek susu untuk bayi begitu banyak, mulai dari yang murah hingga yang paling mahal mahal dan di claim komposisinya sama dengan air susu ibu. Dan pasarnya pun bisa terbagi berdasarkan umur, dibawah 6 bulan, dibawah 1 tahun, diatas 1 tahun dan seterusnya. Bahkan masing-masing segment dikombinasi dengan berbagai nutrisi tambahan yang katanya mengandung DHA dll.
Benarkah susu formula sama dengan susu sapi? Berikut saya kutipkan artikel di Majalah Insani edisi Agustus 2004 hal 95 :
Kehadiran susu formula dengan berbagai macam kelebihan cukup menjanjikan. Namun ASI memiliki satu kandungan gizi yang hingga kini formula sintetisnya belum ditemukan oleh satu produk pun. Namanya KOLOSTRUM. Kolostrum adalah adalah cairan bening dan kental yang berwarna agak kekuningan yang keluar dari ibu pada 1-5 hari pertama setelah melahirkan. Cairan tersebut berisi lebih banyak protein, mineral (seperti natrium dan zing), dan vitamin A yang tinggi dibandingkan ASI selanjutnya, dan lebih sedikit mengandung karbohidrat dan lemak.
Kolostrum mengandung zat antibodi yang sangat baik dan bermanfaat bagi bayi. Zat ini memberikan perlindungan berbagai penyakit infeksi yang sering menyerang bayi terutama pada saluran pencernaan.
Oleh karena itu, mitos yang menganggap bahwa ASI yang pertama keluar harus dibuang dahulu, adalah kesalahan besar karena merugikan bayi. Kolostrum yang sangat dibutuhkan bayi terbuang percuma. Akibatnya, bayi tidak terlindungi dari kemungkinan terkena penyakit diare dan infeksi lainnya, terutama pada periode awal-awal bulan kelahiran.
Jadi kalau membaca artikel diatas, ASI selamanya tidak tergantikan. Salah satu kendala pemberian ASI sekarang ini adalah karena ibu yang bekerja di luar rumah. Bagi wanita pekerja maksimal pemberian ASI biasanya hanya 3 bulan, yakni selama dia mendapat cuti melahirkan. Setelah itu ya, jadi anak sapi .. :)
Jelas, terdapat hubungan yang sangat erat antara ibu yang bekerja di luar rumah, pemberian ASI, dan industri susu formula. Coba bayangkan jika semua wanita bekerja atau beraktivitas lebih banyak di rumah, dan berkesempatan untuk memberikan ASInya? Pihak yang paling dirugikan adalah pabrik susu formula. Karena jelas, konsumennya nggak ada!.
Adakah hubungan maraknya promosi atau gerakan emansipasi wanita dan mendorongnya untuk bekerja/beraktivitas di luar rumah mendapatkan sponsor dari industri susu formula? Mungkin ini perlu investigasi lebih mendalam, siapa sebenarnya funding dibalik semua itu.
Sering saya bertemu dengan wanita karir yang telah bertahun-tahun kerja, ingin sekali mencurahkan waktunya hanya mengurus anak. Menyusui, memandikan, mengajaknya bermain. Yang sering jadi kendala adalah ekonomi keluarga dan status. Membantu suami mencari uang begitulah kira-kira alasan yang sering dikemukakan. Dan yang sering dirasakan tapi tidak terungkapkan adalah status. Siapakah yang tidak bangga, bekerja di perusahaan multinasional yang berlokasi di Sudirman dan berpakaian keren tiap pagi? Dan jika diajukan pertanyaan, milih mana keluar dari pekerjaan dan ngurus anak atau tetap bekerja sementara anak dititipkan? Saya yakin banyak dari kita akan bilang tetap bekerja dan mending anak dititipkan ke embahnya kalo bisa. Jamannya lagi susah mas ....
Demi anak, mungkinkah wanita Indonesia kembali ke rumah?
Namanya Erlangga. Panggilannya Angga. Umurnya minggu lalu baru mencapai 35 hari. Dengan waktu yang baru sebulan itu, Angga telah dirawat di rumah sakit 3 kali. Jadi kalau dirata-rata hampir tiap minggu dia dirawat di rumah sakit. Kali ini pun penyakitnya sama, sering buang air besar yang mengakibatkan berat badanya turun drastis. Dari yang semula 3.5 kg pada waktu lahir, kemudian naik menjadi 3.8 kg, dan sekarang anjlok menjadi 3.2 kg. Bahkan saking seringnya buang air besar, dia mengalami dehidrasi berat, sehingga kepalanya kalau orang jawa bilang sedikit dekok. Selain itu untuk bernafas pun, harus dibantu tabung oksigen. Sungguh mengenaskan perjuangan seorang anak manusia berumur 35 hari itu.
Saya sendiri tidak tahu benar kira-kira apa yang menjadi penyebabnya. Apakah karena sekarang memang sedang musimnya penyakit diare atau sebab lain. Di satu kesempatan, saya pernah ngobrol dengan nenek dan ibunya. Menurut keduanya, dari sejak lahir Angga tidak pernah disusui dengan ASI alias Air Susu Ibu. Jadi sejak awal dia minum susu formula, dan selama sakit ini dia berganti susu yang bebas laktosa.
Bayi yang tidak diberi ASI ini sekarang sepertinya tidaklah cerita asing. Berbagai macam alasan bisa keluar dari mulut sang bunda, mulai tidak keluar ASI nya lah, puting nya yang masuk kedalam, takut payudara sang ibu biar berubah bentuk, atau karena sang bunda kerja di luar rumah dan dapat diganti dengan susu formula yang diyakini berfungsi sama dengan ASI.
Bisnis susu formula memang sangat menggiurkan. Saya sendiri tidak tahu berapa market size nya per tahun. Tapi saya yakin sangat besar. Karena biasanya untuk industri yang berhubungan dengan anak-anak, market size nya besar dan tumbuh terus. Karena sang orang tua biasanya berlomba untuk memberikan yang terbaik untuk sang buyung. Dan sekarang kalau kita lihat di pasaran, berbagai macam merek susu untuk bayi begitu banyak, mulai dari yang murah hingga yang paling mahal mahal dan di claim komposisinya sama dengan air susu ibu. Dan pasarnya pun bisa terbagi berdasarkan umur, dibawah 6 bulan, dibawah 1 tahun, diatas 1 tahun dan seterusnya. Bahkan masing-masing segment dikombinasi dengan berbagai nutrisi tambahan yang katanya mengandung DHA dll.
Benarkah susu formula sama dengan susu sapi? Berikut saya kutipkan artikel di Majalah Insani edisi Agustus 2004 hal 95 :
Kehadiran susu formula dengan berbagai macam kelebihan cukup menjanjikan. Namun ASI memiliki satu kandungan gizi yang hingga kini formula sintetisnya belum ditemukan oleh satu produk pun. Namanya KOLOSTRUM. Kolostrum adalah adalah cairan bening dan kental yang berwarna agak kekuningan yang keluar dari ibu pada 1-5 hari pertama setelah melahirkan. Cairan tersebut berisi lebih banyak protein, mineral (seperti natrium dan zing), dan vitamin A yang tinggi dibandingkan ASI selanjutnya, dan lebih sedikit mengandung karbohidrat dan lemak.
Kolostrum mengandung zat antibodi yang sangat baik dan bermanfaat bagi bayi. Zat ini memberikan perlindungan berbagai penyakit infeksi yang sering menyerang bayi terutama pada saluran pencernaan.
Oleh karena itu, mitos yang menganggap bahwa ASI yang pertama keluar harus dibuang dahulu, adalah kesalahan besar karena merugikan bayi. Kolostrum yang sangat dibutuhkan bayi terbuang percuma. Akibatnya, bayi tidak terlindungi dari kemungkinan terkena penyakit diare dan infeksi lainnya, terutama pada periode awal-awal bulan kelahiran.
Jadi kalau membaca artikel diatas, ASI selamanya tidak tergantikan. Salah satu kendala pemberian ASI sekarang ini adalah karena ibu yang bekerja di luar rumah. Bagi wanita pekerja maksimal pemberian ASI biasanya hanya 3 bulan, yakni selama dia mendapat cuti melahirkan. Setelah itu ya, jadi anak sapi .. :)
Jelas, terdapat hubungan yang sangat erat antara ibu yang bekerja di luar rumah, pemberian ASI, dan industri susu formula. Coba bayangkan jika semua wanita bekerja atau beraktivitas lebih banyak di rumah, dan berkesempatan untuk memberikan ASInya? Pihak yang paling dirugikan adalah pabrik susu formula. Karena jelas, konsumennya nggak ada!.
Adakah hubungan maraknya promosi atau gerakan emansipasi wanita dan mendorongnya untuk bekerja/beraktivitas di luar rumah mendapatkan sponsor dari industri susu formula? Mungkin ini perlu investigasi lebih mendalam, siapa sebenarnya funding dibalik semua itu.
Sering saya bertemu dengan wanita karir yang telah bertahun-tahun kerja, ingin sekali mencurahkan waktunya hanya mengurus anak. Menyusui, memandikan, mengajaknya bermain. Yang sering jadi kendala adalah ekonomi keluarga dan status. Membantu suami mencari uang begitulah kira-kira alasan yang sering dikemukakan. Dan yang sering dirasakan tapi tidak terungkapkan adalah status. Siapakah yang tidak bangga, bekerja di perusahaan multinasional yang berlokasi di Sudirman dan berpakaian keren tiap pagi? Dan jika diajukan pertanyaan, milih mana keluar dari pekerjaan dan ngurus anak atau tetap bekerja sementara anak dititipkan? Saya yakin banyak dari kita akan bilang tetap bekerja dan mending anak dititipkan ke embahnya kalo bisa. Jamannya lagi susah mas ....
Demi anak, mungkinkah wanita Indonesia kembali ke rumah?
Comments
Tapi benar bahwa industri susu formula sangat tidak etis memasarkan produk mereka.