Kata orang kalau kita berada di tengah, cenderungnya aman. Nggak terlalu ekstrem, entah di ke atas atau ke bawah. Tapi, hal itu tidak berlaku buat orang yang pas-pasan hidup di Jakarta.
Orang-orang kelas menengah bawah di Jakarta, tahun-tahun terakhir ini semakin menyadari bahwa naik sepeda motor adalah jawaban yang pas atas kemacetan yang terjadi tak kenal waktu di Jakarta. Nggak perduli orang tinggal di tengah Jakarta atau pinggiran Jakarta, mulai beralih ke sepeda motor sebagai alat transportasi utama. Ngirit baik waktu maupun biaya.
Eh, ternyata kegembiraan ini tidak menyenangkan buat seorang yang Keras Kepala. Dia akan melarang sepeda motor melewati jalan Sudirman dan Thamrin. Dengan alasan membikin macet dan semrawut.
Saya nggak tahu, dia itu mbodhoni atau memang benar-benar bodho. Satu sepeda motor dengan satu atau dua orang penumpang, hanya akan memakan jalan sekitar 1.5 meter an. Nah, sekarang bandingkan dengan satu orang yang naik mobil, sudah makan berapa meter tuh????
Jika ada orang yang bekerja di Thamrin, dan setiap hari dia menggunakan sepeda motor karena pertimbangan waktu dan biaya. Kebetulan gedung tempat dimana dia bekerja, akses satu-satunya adalah lewat Jalan Thamrin. Lha terus dikon lewat endi?? Disuruh naik angkutan umum? Yang bener saja, dari rumah sampai kantor kalau naik angkot, bisa 8000 – 10.000 rupiah sekali jalan. Kalau PP bearti sekitar 16.000 – 20.000 setiap hari. Jika naik sepeda motor dengan uang segitu baru akan habis sekitar 2-3 hari. Yang bener saja to Pakdhe ...
Atau orang itu nggak boleh kerja di daerah Sudirman Thamrin? Lha kalau nggak boleh, kapan bisa kaya kalau orang miskin nggak boleh kerja di daerah itu. Katanya daerah situ gajinya lebih dari pada daerah lain. Yang miskin tetap miskin, yang kaya tambah kaya.
Meh lengser mbok wis ora usah kakean reko to Pakdhe .........
Orang-orang kelas menengah bawah di Jakarta, tahun-tahun terakhir ini semakin menyadari bahwa naik sepeda motor adalah jawaban yang pas atas kemacetan yang terjadi tak kenal waktu di Jakarta. Nggak perduli orang tinggal di tengah Jakarta atau pinggiran Jakarta, mulai beralih ke sepeda motor sebagai alat transportasi utama. Ngirit baik waktu maupun biaya.
Eh, ternyata kegembiraan ini tidak menyenangkan buat seorang yang Keras Kepala. Dia akan melarang sepeda motor melewati jalan Sudirman dan Thamrin. Dengan alasan membikin macet dan semrawut.
Saya nggak tahu, dia itu mbodhoni atau memang benar-benar bodho. Satu sepeda motor dengan satu atau dua orang penumpang, hanya akan memakan jalan sekitar 1.5 meter an. Nah, sekarang bandingkan dengan satu orang yang naik mobil, sudah makan berapa meter tuh????
Jika ada orang yang bekerja di Thamrin, dan setiap hari dia menggunakan sepeda motor karena pertimbangan waktu dan biaya. Kebetulan gedung tempat dimana dia bekerja, akses satu-satunya adalah lewat Jalan Thamrin. Lha terus dikon lewat endi?? Disuruh naik angkutan umum? Yang bener saja, dari rumah sampai kantor kalau naik angkot, bisa 8000 – 10.000 rupiah sekali jalan. Kalau PP bearti sekitar 16.000 – 20.000 setiap hari. Jika naik sepeda motor dengan uang segitu baru akan habis sekitar 2-3 hari. Yang bener saja to Pakdhe ...
Atau orang itu nggak boleh kerja di daerah Sudirman Thamrin? Lha kalau nggak boleh, kapan bisa kaya kalau orang miskin nggak boleh kerja di daerah itu. Katanya daerah situ gajinya lebih dari pada daerah lain. Yang miskin tetap miskin, yang kaya tambah kaya.
Meh lengser mbok wis ora usah kakean reko to Pakdhe .........
Comments
*timpukin pakde*
lam kenal kang...