Skip to main content

Program Bapak Asuh Timnas U19, Deja Vu Mister Cepek

Membaca berita di Koran Sindo http://www.koran-sindo.com/node/343710 tentang program bapak asuh bagi pemain Timnas U19 yang memberikan kesempatan klub-klub untuk mengontrak selama 4 tahun pemain-pemain Timnas U19 dengan banderol 1 Milyar per pemain.
          Kebijakan ini patut dikritisi, kenapa?

 
    • Apa hak BTN menentukan kontrak seharga 1 Milyar rupiah dengan jangka waktu 4 tahun terhadap pemain-pemain Timnas U19? Apakah BTN sudah berubah fungsi menjadi agen pemain?
    • Klub asal pemain akan rugi. Bagaimana tidak, dengan kontrak itu, otomatis Klub kehilangan pemain dan tidak mendapatkan sepeser pun dari kontrak tersebut. Pemanggilan pemain ke Timnas yang sebenarnya menimbulkan kebanggaan, dengan hal ini malah sebaliknya.
    • Yang parah adalah klub bapak angkat yang mengontrak pemain Timnas U19 tidak diperbolehkan menggunakan tenaga pemain sepanjang masih menjalani TC jangka panjang, kecuali masa libur. Pertanyaannya, klub baru untungnya apa keluar uang tapi tidak bisa memperoleh jasa pemain?
Indriyanto Nugroho Mister Cepek

Kejadian ini tiba-tiba seperti masuk mesin waktu kembali ke 29 Maret 1996 di kantor Sekretariat Liga   PSSI terjadi peristiwa yang akan menjadi rekor sejarah dalam sepak bola Indonesia yang akan sulit dipecahkan hingga kini. Pada hari itu, klub Arseto Solo resmi menjual penyerang Indriyanto Setyo Nugroho ke Pelita Jaya dengan rekor transfer Rp 100,-

Transfer murah ini terjadi setelah Arseto dan Pelita Jaya saling memperebutkan dan merasa punya hak atas penyerang Indriyanto S Nugroho. Arseto merasa berhak memiliki penyerang tersebut karena sebelum ia mengikuti program PSSI Primavera ke Italia, ia bermain untuk Diklat Arseto. Sementara itu Nirwan Bakrie sebagai pemilik Pelita Jaya juga Direktur Komite Tim Nasional PSSI mengatakan bahwa meski tercatat sebagai pemain Arseto, Indriyanto tidak terikat kontrak. (Majalah FourFourTwo Indonesia edisi April 2012).
 




Comments

Popular posts from this blog

Masalah Parkir di Supermal Karawaci

Jika anda akan parkir, khususnya sepeda motor, di areal Supermal Karawaci saya sarankan untuk lebih teliti. Mengapa? Saya mengalamai hal ini sudah dua kali. Jadi kira-kira begini, pada saat kita mau keluar dari area parkir, kita diharuskan menunjukkan STNK dan menyerahkah karcis parkir kepada petugas. Prosedur standarnya adalah petugas itu akan memasukkan No Pol Kendaraan ke Mesin (semacam cash register), dan disitu akan tertera berapa jumlah yang harus kita bayar. Nah, prosedur inilah yang saya lihat tidak dilaksanakan oleh petugas parkir di Supermal Karawaci . Saat saya menyerahkan karcis parkir, dan dia melihat Jam saya mulai parkir, dia langsung menyebutkan sejumlah tertentu (tanpa memasukkannya ke mesin),yakni Rp. 3.000. Saya curiga, segera saya minta untuk dimasukkan datanya dulu ke mesin. Dan setelah dimasukkan. Apa yang terjadi? Jumlah yang harus saya bayar cuma Rp. 2.500. Dan ini saya alamai DUA KALI!. Dan seorang tetangga pun pernah mengalami hal yang sama. Coba bayangkan ji...

Karawaci Loop, Track Gowes Adem di Tangerang

Salah satu tempat recommended buat bersepeda di daerah Tangerang adalah KARAWACI LOOP. Ada yang menyebutnya LIPPO LOOP, karena lokasinya memang di Komplek Perumahan Lippo Karawaci Tangerang. Tapi ada yang menyebutnya LOLLIPOP, bahkan ada Komunitas Goweser di kawasan itu menggunakan istilah ini. Entah kenapa penyebutannya mirip nama permen. Mungkin biar terkesan unik, dan enak diucapkan. KARAWACI LOOP sendiri sebenarnya jalan Komplek Perumahan Lippo Karawaci, jalan menuju kesana dari arah pintu tol menuju Mall Karawaci, sebelum sampai di Mall, ada bundaran di depan Menara Matahari dan Benton Junction. Nah dari bundaran tersebut jika mau ke mall arahnya ke kanan, kalau ke KARAWACI LOOP dari bundaran lurus saja. Bisa dilihat di gambar peta dibawah ini. Kenapa tempat ini recommended untuk goweser?  SATU, karena jalan boulevard komplek, otomatis sepi tidak seramai jalanan umum. Ada dua jalur setiap jalannya. Jadi ada 4 jalur di kedua arahnya. Bahkan sebenarnya ada jalur khusus pesepeda ...

Sejarah Kompas yang Hilang

Sulit rasanya saat ini mendapatkan media yang independent, dan tidak menjadi corong bagi satu pihak baik itu partai politik atau golongan agama tertentu. Ada media yang terang-terangan memang menjadi media untuk golongan agama tertentu. Mungkin bisa saya sebut disini adalah Majalah Sabili, yang secara gamblang menunjukkan keberpihakannya kepada kepentingan umat Islam. Tetapi ada juga media yang sebenarnya adalah corong dari kelompok tertentu di masyarakat tetapi tidak menunjukkannya secara gamblang kepada khalayak ramai. Hal tersebut bisa karena sebagai sebuah strategi agar apa yang disampaikan dapat diterima masyarakat. Sebab bisa saja masyarakat apriori terlebih dahulu jika sudah mengetahui bahwa media itu menjadi corong golongan tertentu. Kompas sebagai salah satu media yang menjadi tolok ukur media di Indonesia, ternyata cukup hati-hati dalam menempatkan diri di benak orang. Di booklet yang disebarluaskan pada saat Pameran Industri Pers Indonesia 2005 yang berlangsung di Assembly H...