Siapakah Djohar Arifin? Sejujurnya saya tidak pernah mendengar namanya kecuali saat dia behasil menjadi Ketua PSSI menggantikan Nurdin Halid. Walaupun kata orang, Sang Profesor ini sudah berganti berbagai macam profesi, mulai dari pemain bola, wasit, dosen, hingga di Kementrian Pemuda Olahraga, tapi ya baru tahu saat dia menang.
Dikalangan lingkungan PSSI dan aktivis sepakbola, Prof Djohar ini terkenal dengan julukan "Mbah Maridjan", maklum sosok Prof Djohar dengan rambut ubannya mengingatkan kita ke juru kunci Gunung Merapi ini.
Banyak harapan tertumpu kepadanya. Bagaimana tidak, dia didukung kubu revolusi sepakbola Indonesia yang sudah sangat gerah dengan kondisi sepakbola Indoneaia yang rusak parah. Dan yang ditumbangkan tidak main-main, kubu status quo yang didukung mafia sepakbola yang sudah mengakar kuat di sepakbola Indonesia.
Tidak usah diragukan lagi sholat lima waktunya Prof Djohar. Pernah saat acara buka bersama di Griya Jenggala, saat sudah masuk waktu Isya, dia bergegas ambil wudhu untuk menunaikan Sholat Isya dilanjut tarawih. Yang lain? Melanjutkan makan dan ngobrol ;)
Cukupkah hal itu menjadi Ketua PSSI yang baik?
Ternyata masih jauh dari baik. Terlihat saat dia tidak mempunyai kuasa apapun untuk mengontrol sepak terjang sekjen PSSI saat itu Tri Goestoro, yang memporak-porandakan PSSI dari dalam. Belum lagi orang-orang yang dia bawa untuk menduduki posisi penting di PSSI, dan ternyata performancenya jauh dari harapan. Contohnya, Bidang media, bagaimana bisa web resmi PSSI malah diisi opini pribadi oleh Direktur Media? Yang tenyata Sang Direktur Media ini punya ambisi untuk menjadi Anggota Legislatif di pemilu mendatang, dan menjadikan PSSI sebagai kendaraan untuk menaikkan nama dan pamornya.
Kelemahan dari Ketum PSSI sekarang ini adalah seringnya membuat MOU dengan berbagai macam pihak yan hasilnya jauh dari harapan. Pembuatan website dengan Universitas Gunadarma, yang hasilnya masih banyak yang bisa mengerjakannya lebih baik. Kemudian, MOU tentang pembangunan tempat TC Timnas di Karawang yang sampai sekarang tidak ketahuan juntrungannya.
Jika ada gelar Ketua Federasi Sepakbola yang paling banyak melakukan perjalanan, bisa jadi Prof Djohar sosok yang pas untuk itu. Bagaimana tidak, waktu yang dia habiskan sebagai Ketum PSSI kebanyakan di atas udara, entah itu pulang kampung ke Sumatra Utara atau ke berbagai negara memenuhi berbagai macam undangan, dari tingkatan Orang Kaya Baru di daerah hingga Presiden FIFA, Sepp Blatter.
Tahukah anda bahwa semua perjalanan itu dia jalani dengan mengunakan Kelas Bisnis? Bisa anda kira-kira berapa anggaran PSSI yang dihabiskan untuk membiayai semua ini. Jika dia hanya ngantor di PSSI hanya di hari selasa.
Saya memahami jika kelas bisnis dipilih saat melakukan perjalanan jauh. Karena di kelas ekonomi jelas akan tersiksa dengan kondisi tempat yang tidak nyaman. Tetapi jika dia menggunakan Kelas Bisnis untuk segala macam perjalanan, ini yang TIDAK BISA DITERIMA.
Mumpung belum terlampau jauh, ada baiknya Prof Djohar Arifin untuk memikirkan kembali jabatannya sebagai Ketua Umum PSSI. Berubahlah sekarang atau Anda akan DIRUBAH oleh yang lain.
Dikalangan lingkungan PSSI dan aktivis sepakbola, Prof Djohar ini terkenal dengan julukan "Mbah Maridjan", maklum sosok Prof Djohar dengan rambut ubannya mengingatkan kita ke juru kunci Gunung Merapi ini.
Banyak harapan tertumpu kepadanya. Bagaimana tidak, dia didukung kubu revolusi sepakbola Indonesia yang sudah sangat gerah dengan kondisi sepakbola Indoneaia yang rusak parah. Dan yang ditumbangkan tidak main-main, kubu status quo yang didukung mafia sepakbola yang sudah mengakar kuat di sepakbola Indonesia.
Tidak usah diragukan lagi sholat lima waktunya Prof Djohar. Pernah saat acara buka bersama di Griya Jenggala, saat sudah masuk waktu Isya, dia bergegas ambil wudhu untuk menunaikan Sholat Isya dilanjut tarawih. Yang lain? Melanjutkan makan dan ngobrol ;)
Cukupkah hal itu menjadi Ketua PSSI yang baik?
Ternyata masih jauh dari baik. Terlihat saat dia tidak mempunyai kuasa apapun untuk mengontrol sepak terjang sekjen PSSI saat itu Tri Goestoro, yang memporak-porandakan PSSI dari dalam. Belum lagi orang-orang yang dia bawa untuk menduduki posisi penting di PSSI, dan ternyata performancenya jauh dari harapan. Contohnya, Bidang media, bagaimana bisa web resmi PSSI malah diisi opini pribadi oleh Direktur Media? Yang tenyata Sang Direktur Media ini punya ambisi untuk menjadi Anggota Legislatif di pemilu mendatang, dan menjadikan PSSI sebagai kendaraan untuk menaikkan nama dan pamornya.
Kelemahan dari Ketum PSSI sekarang ini adalah seringnya membuat MOU dengan berbagai macam pihak yan hasilnya jauh dari harapan. Pembuatan website dengan Universitas Gunadarma, yang hasilnya masih banyak yang bisa mengerjakannya lebih baik. Kemudian, MOU tentang pembangunan tempat TC Timnas di Karawang yang sampai sekarang tidak ketahuan juntrungannya.
Jika ada gelar Ketua Federasi Sepakbola yang paling banyak melakukan perjalanan, bisa jadi Prof Djohar sosok yang pas untuk itu. Bagaimana tidak, waktu yang dia habiskan sebagai Ketum PSSI kebanyakan di atas udara, entah itu pulang kampung ke Sumatra Utara atau ke berbagai negara memenuhi berbagai macam undangan, dari tingkatan Orang Kaya Baru di daerah hingga Presiden FIFA, Sepp Blatter.
Tahukah anda bahwa semua perjalanan itu dia jalani dengan mengunakan Kelas Bisnis? Bisa anda kira-kira berapa anggaran PSSI yang dihabiskan untuk membiayai semua ini. Jika dia hanya ngantor di PSSI hanya di hari selasa.
Saya memahami jika kelas bisnis dipilih saat melakukan perjalanan jauh. Karena di kelas ekonomi jelas akan tersiksa dengan kondisi tempat yang tidak nyaman. Tetapi jika dia menggunakan Kelas Bisnis untuk segala macam perjalanan, ini yang TIDAK BISA DITERIMA.
Mumpung belum terlampau jauh, ada baiknya Prof Djohar Arifin untuk memikirkan kembali jabatannya sebagai Ketua Umum PSSI. Berubahlah sekarang atau Anda akan DIRUBAH oleh yang lain.
Comments
Kenapa Thn 2007 Ketika Nurdin Halid terpilih kembali sebagai ketua PSSI dari balik Penjara...ada gak tuch menulis tentang PSSI dan Nurdin Halid...padahal anda kan nge-blog sudah dari tahun 2006...Aneh...