Skip to main content

HP; Untuk Pribadi atau Kantor?

Beberapa minggu terakhir ini, saya suka tanya ke beberapa teman kantor, tetangga. Kira-kira mereka bersedia nggak kalau ada client yang tanya, No Hape nya Pak Anu berapa ya?

Teman kantor ada yang menarik garis tegas, bahwa kalau mau telpon urusan kantor ya telpon ke kantor aja. Maaf HP untuk urusan pribadi saja. Tapi ada juga yang mau terima asal masih jam kantor.

Kalau tetangga saya, malah lebih tegas lagi. Begitu kaki melangkah ke luar kantor, siapapun yang telpon urusan kerjaan, No Way! Kagak bakalan diangkat. Kecuali sms dulu, urusanya mau apaan.

Saya sendiri sampai saat ini masih mau terima telpon ke hape untuk urusan kerjaan. Tapi kok akhir-akhir ini kecenderungannya kok malah meningkat ya..Mau nggak diangkat bagaimana, kalau diangkat ngrepotin. Serba salah memang. Terlebih kalau yang telpon sudah akrab walaupun itu klien.

Makanya, akhir-akhir ini saya sering mengaktifkan fungsi Privacy Manager di phonebook HP saya, BenQ Siemens E 61. Kira-kira fungsinya seperti ini, kita bikin daftar nomor telpon yang akan kita reject. Misalnya, no hape bos, no kantor (masukin semuanya aja, kan biasanya ada banyak tuh), no klien ini, no klien itu. Nah kalau sudah, misal kita lagi nggak pengen terima telpon dari mereka, ya aktifin aja fungsi penolak nomor tadi. Dan kita masih bisa mantau siapa aja yang mencoba telpon. Ngliatnya di menu miscalled. Atau sebaliknya, kita bikin list nomor-nomor siapa saja yang bisa menghubungi kita. Selain no itu ditolak.

Fungsi semacam ini, kalau nggak salah ada juga di Sony Ericsson. Tapi jangan harap ada di Nokia. Saya pernah pakai Nokia, saya cari-cari fungsi yang mirip kok nggak ketemu. Dan tanya kiri kanan untuk model-model HP Nokia yang ada fungsi semacam itu, tetap saja nggak ada yang tahu. Makanya saya agak malas kalau pake Nokia. Karena nggak ada fungsi semacam itu.

Bisa saja sih, HP dimatikan. Tapi kan kita cuma punya satu nomor, masak harus beli nomor atau beli hp + no lagi sih, gara-gara itu.

Comments

Popular posts from this blog

Masalah Parkir di Supermal Karawaci

Jika anda akan parkir, khususnya sepeda motor, di areal Supermal Karawaci saya sarankan untuk lebih teliti. Mengapa? Saya mengalamai hal ini sudah dua kali. Jadi kira-kira begini, pada saat kita mau keluar dari area parkir, kita diharuskan menunjukkan STNK dan menyerahkah karcis parkir kepada petugas. Prosedur standarnya adalah petugas itu akan memasukkan No Pol Kendaraan ke Mesin (semacam cash register), dan disitu akan tertera berapa jumlah yang harus kita bayar. Nah, prosedur inilah yang saya lihat tidak dilaksanakan oleh petugas parkir di Supermal Karawaci . Saat saya menyerahkan karcis parkir, dan dia melihat Jam saya mulai parkir, dia langsung menyebutkan sejumlah tertentu (tanpa memasukkannya ke mesin),yakni Rp. 3.000. Saya curiga, segera saya minta untuk dimasukkan datanya dulu ke mesin. Dan setelah dimasukkan. Apa yang terjadi? Jumlah yang harus saya bayar cuma Rp. 2.500. Dan ini saya alamai DUA KALI!. Dan seorang tetangga pun pernah mengalami hal yang sama. Coba bayangkan ji

Karawaci Loop, Track Gowes Adem di Tangerang

Salah satu tempat recommended buat bersepeda di daerah Tangerang adalah KARAWACI LOOP. Ada yang menyebutnya LIPPO LOOP, karena lokasinya memang di Komplek Perumahan Lippo Karawaci Tangerang. Tapi ada yang menyebutnya LOLLIPOP, bahkan ada Komunitas Goweser di kawasan itu menggunakan istilah ini. Entah kenapa penyebutannya mirip nama permen. Mungkin biar terkesan unik, dan enak diucapkan. KARAWACI LOOP sendiri sebenarnya jalan Komplek Perumahan Lippo Karawaci, jalan menuju kesana dari arah pintu tol menuju Mall Karawaci, sebelum sampai di Mall, ada bundaran di depan Menara Matahari dan Benton Junction. Nah dari bundaran tersebut jika mau ke mall arahnya ke kanan, kalau ke KARAWACI LOOP dari bundaran lurus saja. Bisa dilihat di gambar peta dibawah ini. Kenapa tempat ini recommended untuk goweser?  SATU, karena jalan boulevard komplek, otomatis sepi tidak seramai jalanan umum. Ada dua jalur setiap jalannya. Jadi ada 4 jalur di kedua arahnya. Bahkan sebenarnya ada jalur khusus pesepeda yang

Sejarah Kompas yang Hilang

Sulit rasanya saat ini mendapatkan media yang independent, dan tidak menjadi corong bagi satu pihak baik itu partai politik atau golongan agama tertentu. Ada media yang terang-terangan memang menjadi media untuk golongan agama tertentu. Mungkin bisa saya sebut disini adalah Majalah Sabili, yang secara gamblang menunjukkan keberpihakannya kepada kepentingan umat Islam. Tetapi ada juga media yang sebenarnya adalah corong dari kelompok tertentu di masyarakat tetapi tidak menunjukkannya secara gamblang kepada khalayak ramai. Hal tersebut bisa karena sebagai sebuah strategi agar apa yang disampaikan dapat diterima masyarakat. Sebab bisa saja masyarakat apriori terlebih dahulu jika sudah mengetahui bahwa media itu menjadi corong golongan tertentu. Kompas sebagai salah satu media yang menjadi tolok ukur media di Indonesia, ternyata cukup hati-hati dalam menempatkan diri di benak orang. Di booklet yang disebarluaskan pada saat Pameran Industri Pers Indonesia 2005 yang berlangsung di Assembly H