Skip to main content

Mental Sickness

Salah seorang rekan kerja, dia berasal dari Jepang, beberapa bulan ini tepatnya sudah 6 bulan dia dirawat di rumah sakit. Dan saya sebenarnya nggak tahu apa yang dia derita. Tapi dari cerita yang saya dengar, dia mengalami semacam gangguan jiwa. Hah? Gangguan jiwa?

Saya nggak tahu pasti berapa umurnya dia sekarang. Tapi saya yakin lebih dari 50 tahun. 10-20 tahun yang lalu dia bertugas untuk membuka kantor cabang perusahaan tempat saya bekerja sekarang ini. Dia membuka kantor Indonesia, Malaysia, Singapura, dll.

Selain itu dia juga harus melakukan presentasi ke klien. Dan itu dia lakukan setiap bulan. Dalam satu bulan bisa beberapa kali presentasi. Seperti layaknya sebuah presentasi, hal yang paling penting adalah persiapannya. Di saat itu lah si Jepang ini, sering mengalami kekhawatiran yang amat sangat. Khawatir kalau ini, itu, dsb.

Coba bayangkan, hal itu berlangsung berulang setiap bulan dan puluhan tahun. Sampai akhirnya mungkin karena sudah terlampau parah, dia harus dirawat di RS.

Saya nggak bisa membayangkan hal itu terjadi pada saya. Karena saat ini, saya pun bisa merasakan hal tersebut. Perasaan takut dan khawatir saat sebelum presentasi. Dan perasaan takut itu akan hilang dengan sendirinya saat presentasi itu sudah selesai. Selama belum terjadi dan selesai, rasa itu akan tetap muncul.

Hal ini jadi mengingatkan pada saya, bahwa hidup itu memang tidak mudah. Sejak menjadi calon janin, kita harus berjuang. Mau lahir berjuang juga. Belajar jalan, jatuh bangun. Terus menerus begitu. Sampai akhirnya kita dewasa, harus bisa survive baik untuk diri sendiri maupun keluarga.

Tapi dibalik itu pun masih ada bahaya tersembunyi yang mengintai. Ya gangguan jiwa tadi.

Comments

Anonymous said…
Huahahaha... Orang HK aja suka pete, kenapa gue yang Jawa tulen benci pete ya?? But, should I? In the name of nationalism? Gue harus suka pete karena makanan itu "sangat Indonesia"??

No waaaaayyyy.... mending makan sambel rawit merah sesendok sayur daripada gue dipaksa makan peteeee.... *histeris*

Popular posts from this blog

Masalah Parkir di Supermal Karawaci

Jika anda akan parkir, khususnya sepeda motor, di areal Supermal Karawaci saya sarankan untuk lebih teliti. Mengapa? Saya mengalamai hal ini sudah dua kali. Jadi kira-kira begini, pada saat kita mau keluar dari area parkir, kita diharuskan menunjukkan STNK dan menyerahkah karcis parkir kepada petugas. Prosedur standarnya adalah petugas itu akan memasukkan No Pol Kendaraan ke Mesin (semacam cash register), dan disitu akan tertera berapa jumlah yang harus kita bayar. Nah, prosedur inilah yang saya lihat tidak dilaksanakan oleh petugas parkir di Supermal Karawaci . Saat saya menyerahkan karcis parkir, dan dia melihat Jam saya mulai parkir, dia langsung menyebutkan sejumlah tertentu (tanpa memasukkannya ke mesin),yakni Rp. 3.000. Saya curiga, segera saya minta untuk dimasukkan datanya dulu ke mesin. Dan setelah dimasukkan. Apa yang terjadi? Jumlah yang harus saya bayar cuma Rp. 2.500. Dan ini saya alamai DUA KALI!. Dan seorang tetangga pun pernah mengalami hal yang sama. Coba bayangkan ji...

Karawaci Loop, Track Gowes Adem di Tangerang

Salah satu tempat recommended buat bersepeda di daerah Tangerang adalah KARAWACI LOOP. Ada yang menyebutnya LIPPO LOOP, karena lokasinya memang di Komplek Perumahan Lippo Karawaci Tangerang. Tapi ada yang menyebutnya LOLLIPOP, bahkan ada Komunitas Goweser di kawasan itu menggunakan istilah ini. Entah kenapa penyebutannya mirip nama permen. Mungkin biar terkesan unik, dan enak diucapkan. KARAWACI LOOP sendiri sebenarnya jalan Komplek Perumahan Lippo Karawaci, jalan menuju kesana dari arah pintu tol menuju Mall Karawaci, sebelum sampai di Mall, ada bundaran di depan Menara Matahari dan Benton Junction. Nah dari bundaran tersebut jika mau ke mall arahnya ke kanan, kalau ke KARAWACI LOOP dari bundaran lurus saja. Bisa dilihat di gambar peta dibawah ini. Kenapa tempat ini recommended untuk goweser?  SATU, karena jalan boulevard komplek, otomatis sepi tidak seramai jalanan umum. Ada dua jalur setiap jalannya. Jadi ada 4 jalur di kedua arahnya. Bahkan sebenarnya ada jalur khusus pesepeda ...

Sejarah Kompas yang Hilang

Sulit rasanya saat ini mendapatkan media yang independent, dan tidak menjadi corong bagi satu pihak baik itu partai politik atau golongan agama tertentu. Ada media yang terang-terangan memang menjadi media untuk golongan agama tertentu. Mungkin bisa saya sebut disini adalah Majalah Sabili, yang secara gamblang menunjukkan keberpihakannya kepada kepentingan umat Islam. Tetapi ada juga media yang sebenarnya adalah corong dari kelompok tertentu di masyarakat tetapi tidak menunjukkannya secara gamblang kepada khalayak ramai. Hal tersebut bisa karena sebagai sebuah strategi agar apa yang disampaikan dapat diterima masyarakat. Sebab bisa saja masyarakat apriori terlebih dahulu jika sudah mengetahui bahwa media itu menjadi corong golongan tertentu. Kompas sebagai salah satu media yang menjadi tolok ukur media di Indonesia, ternyata cukup hati-hati dalam menempatkan diri di benak orang. Di booklet yang disebarluaskan pada saat Pameran Industri Pers Indonesia 2005 yang berlangsung di Assembly H...