Skip to main content

Posts

Showing posts from March, 2006

Kick Andy : Mengangkat Kontroversi Tanpa Solusi

Kick Andy merupakan acara baru di Metro TV yang berupa talkshow yang dipandu oleh Andy F Noya. Mungkin karena itu acaranya dinamakan Kick Andy. Acara ini hadir setiap kamis pukul 22.30 WIB dan berdurasi 60 menit Penampilan Andy F Noya sendiri cukup menghibur. Meskipun tema yang diusung cukup berat. Tetapi dalam pembawaannya Andy bisa membawa ke suasana lebih cair. Hal tersebut dilakukannya melalui celetukan-celetukannya dalam merespon narasumber, meskipun narasumber menyampaikannya cukup serius, tetapi terkadang ditanggapi secara guyon oleh Andy. Setiap pemunculannya, Kick Andy menghadirkan sekitar 3-4 narasumber. Dan tema yang diangkat adalah hal-hal yang cukup kontroversi di masyarakat seperti masalah gay dan minggu ini mengangkat isu yang cukup aktual yakni masalah Kekerasan dalam Rumah Tangga. Di edisi yang mengangkat masalah gay, Andy menghadirkan nara sumber yang cukup berbobot yakni dari pelaku itu sendiri seperti Dede Utomo, seorang dosen di surabaya yang terang-terangan mengak

Sejarah Kompas yang Hilang

Sulit rasanya saat ini mendapatkan media yang independent, dan tidak menjadi corong bagi satu pihak baik itu partai politik atau golongan agama tertentu. Ada media yang terang-terangan memang menjadi media untuk golongan agama tertentu. Mungkin bisa saya sebut disini adalah Majalah Sabili, yang secara gamblang menunjukkan keberpihakannya kepada kepentingan umat Islam. Tetapi ada juga media yang sebenarnya adalah corong dari kelompok tertentu di masyarakat tetapi tidak menunjukkannya secara gamblang kepada khalayak ramai. Hal tersebut bisa karena sebagai sebuah strategi agar apa yang disampaikan dapat diterima masyarakat. Sebab bisa saja masyarakat apriori terlebih dahulu jika sudah mengetahui bahwa media itu menjadi corong golongan tertentu. Kompas sebagai salah satu media yang menjadi tolok ukur media di Indonesia, ternyata cukup hati-hati dalam menempatkan diri di benak orang. Di booklet yang disebarluaskan pada saat Pameran Industri Pers Indonesia 2005 yang berlangsung di Assembly H

Sensor atau Lampu Padam

Bermula dari maraknya perdebatan tentang RUU Anti Pornografi dan Pornoaksi di sebuah milis. Seorang peserta milis yang mengirimkan tulisan Goenawan Mohamad (GM) di Koran Tempo Edisi 8 Maret 2006 di bagian Opini yang berjudul ‘RUU Porno’: Arab atau Indonesia? Inti dari tulisan GM tersebut adalah menolak pemberlakuan RUU Anti Pornografi dan Pornoaksi (RUU APP) karena RUU tersebut lebih banyak membawa kebudayaan Arab ke Indonesia yang terkenal karena keragamannya. Dan hal tersebut jelas akan mempengaruhi seni budaya yang selama ini ada,. Dari tulisan tersebut memang GM menganggap bahwa RUU APP itu hanya menampung kepentingan satu golongan tertentu, dan itu adalah Islam. Dimana Islam sendiri memang turun pertama kali di Arab, maka dia berkesimpulan bahwa pemakaian jilbab seperti yang diwajibkan Islam itu adalah budaya Arab. Bukan aturan yang harus dijalankan. Diskusi tsb akhirnya berkembang, dan moderator dari milis Jurnalisme yakni Farid Gaban (FG), mingrimkan email pribadi ke GM sehubun

Diskusi di Milis

Beberapa hari terakhir ini, aku sering ikut diskusi di salah satu milis yang pesertanya kebanyakan dari kalangan jurnalis baik itu cetak maupun elektronik. Nama milisnya Mediacare. Moderatornya namanya Radityo Djajoeri. Milisnya cukup ramai. Terlebih memang ada saja peserta milis yang suka bikin panas diskusi. Salah satunya ya si moderatornya sendiri. Yang sudah mulai jarang posting Danny Lim. Dia keturunan cina yang sekarang tinggal di Belanda. Cukup berumur kalo dari pengakuannya. Kalau posting, cukup bikin panas telinga terutama buat orang-orang yang tinggal di Indonesia dan terutama yang beragama Islam. Tapi mungkin lama-kelamaan orang mulai sadar mungkin. Jadi setiap postingan dari orang ini, jarang ditanggapi. Peserta lain yang dulu cukup menonjol punya ID Sato Sakaki, nama sebenarnya tidak diketahui. Tapi dari pengakuannya sih dia tinggal di Los Angeles. Dia fanatik Amerika. Pembela sejati. Tapi sama seperti Danny Lim, dia mulai ditinggalkan . Karena dia seperti memakai kacamat