Skip to main content

Satu Jam Sehari Cukupkah?


Berapa jam dalam sehari anda bertemu anak? Satu? Dua? Cukupkah?

Sulit untuk mengatakan satu atau dua jam sehari itu cukup buat anak. Yang mengatakan cukup bisa berkilah bahwa yang penting itu kualitas bukan kuantitas. Sedangkan buat yang kontra akan mengatakan, bahwa kuantitas juga penting, karena kita sebagai orang tua perlu juga berperan sebagai "satpam" untuk memastikan bahwa anak kita berada di rel yang tepat. Dan itu perlu waktu.

Pengalaman pribadi saya sendiri, kalau dirata-rata, mungkin sekitar 1-2 sehari (Senin-Jum'at). Pagi saat waktu berangkat, anak saya (3 tahun), masih terlelap. Dan saat tiba kembali dirumah, sekitar pukul 8 malam, dia belum tidur. Dan memang sengaja belum tidur, karena memang dia nunggu saya datang.

Setelah mandi, sholat Isya, makan, barulah waktu yang full buat si kecil. Jangan sekali-sekali deh ngerjain yang lain. Dia pasti nagih. Kita tidur-tiduran pun, dia bilang, "Ayah jangan bobo, liatin dede' main". Nah lho..

Sampai kira-kira jam 10an lah, habis itu dia minta tidur, kita dipegangin terus. Harus ada didalam pandangan matanya.

Itu dihari biasa. Kalau weekend, wah nggak mau rugi dia. Kalau bisa melek terus.

Mulai dari bangun pagi, sampai malam harus sama dia melulu. Mandiin, nyuapin, ngajak jalan-jalan keliling komplek. Tidur siang? Nah ini, selama orang tuanya ada dirumah, susah banget disuruh tidur siang. Mungkin itu tadi, nggak mau rugi! Mumpung ada dirumah.

Di rumah memang ada pembantu, cuma itulah yang membuat saya heran. Walaupun kami (saya dan istri) kerja seharian, dan dirumah cuma pembantu sama anak, hubungan keduanya tidak terlalu dekat. Biasa-biasa saja.

Jadi kalau kami berdua sudah dirumah, sudahlah... mbaknya dicuekin

Kata orang sih hal itu yang benar. Jangan sampai anak kita menjadi anak pembantu. Apalagi pembantu sampai dipanggil ibu/mama sama anak kita.

Cuma masalahnya, kita harus punya energi yang berlebih. Kita pulang membawa sisa tenaga. Dan dirumah masih harus diajak bercengkerama sama bocah. Ya kalau nggak minta macam-macam. Padahal seringkali si kecil minta macam-macam kan....


Comments

Popular posts from this blog

Masalah Parkir di Supermal Karawaci

Jika anda akan parkir, khususnya sepeda motor, di areal Supermal Karawaci saya sarankan untuk lebih teliti. Mengapa? Saya mengalamai hal ini sudah dua kali. Jadi kira-kira begini, pada saat kita mau keluar dari area parkir, kita diharuskan menunjukkan STNK dan menyerahkah karcis parkir kepada petugas. Prosedur standarnya adalah petugas itu akan memasukkan No Pol Kendaraan ke Mesin (semacam cash register), dan disitu akan tertera berapa jumlah yang harus kita bayar. Nah, prosedur inilah yang saya lihat tidak dilaksanakan oleh petugas parkir di Supermal Karawaci . Saat saya menyerahkan karcis parkir, dan dia melihat Jam saya mulai parkir, dia langsung menyebutkan sejumlah tertentu (tanpa memasukkannya ke mesin),yakni Rp. 3.000. Saya curiga, segera saya minta untuk dimasukkan datanya dulu ke mesin. Dan setelah dimasukkan. Apa yang terjadi? Jumlah yang harus saya bayar cuma Rp. 2.500. Dan ini saya alamai DUA KALI!. Dan seorang tetangga pun pernah mengalami hal yang sama. Coba bayangkan ji

Karawaci Loop, Track Gowes Adem di Tangerang

Salah satu tempat recommended buat bersepeda di daerah Tangerang adalah KARAWACI LOOP. Ada yang menyebutnya LIPPO LOOP, karena lokasinya memang di Komplek Perumahan Lippo Karawaci Tangerang. Tapi ada yang menyebutnya LOLLIPOP, bahkan ada Komunitas Goweser di kawasan itu menggunakan istilah ini. Entah kenapa penyebutannya mirip nama permen. Mungkin biar terkesan unik, dan enak diucapkan. KARAWACI LOOP sendiri sebenarnya jalan Komplek Perumahan Lippo Karawaci, jalan menuju kesana dari arah pintu tol menuju Mall Karawaci, sebelum sampai di Mall, ada bundaran di depan Menara Matahari dan Benton Junction. Nah dari bundaran tersebut jika mau ke mall arahnya ke kanan, kalau ke KARAWACI LOOP dari bundaran lurus saja. Bisa dilihat di gambar peta dibawah ini. Kenapa tempat ini recommended untuk goweser?  SATU, karena jalan boulevard komplek, otomatis sepi tidak seramai jalanan umum. Ada dua jalur setiap jalannya. Jadi ada 4 jalur di kedua arahnya. Bahkan sebenarnya ada jalur khusus pesepeda yang

Sejarah Kompas yang Hilang

Sulit rasanya saat ini mendapatkan media yang independent, dan tidak menjadi corong bagi satu pihak baik itu partai politik atau golongan agama tertentu. Ada media yang terang-terangan memang menjadi media untuk golongan agama tertentu. Mungkin bisa saya sebut disini adalah Majalah Sabili, yang secara gamblang menunjukkan keberpihakannya kepada kepentingan umat Islam. Tetapi ada juga media yang sebenarnya adalah corong dari kelompok tertentu di masyarakat tetapi tidak menunjukkannya secara gamblang kepada khalayak ramai. Hal tersebut bisa karena sebagai sebuah strategi agar apa yang disampaikan dapat diterima masyarakat. Sebab bisa saja masyarakat apriori terlebih dahulu jika sudah mengetahui bahwa media itu menjadi corong golongan tertentu. Kompas sebagai salah satu media yang menjadi tolok ukur media di Indonesia, ternyata cukup hati-hati dalam menempatkan diri di benak orang. Di booklet yang disebarluaskan pada saat Pameran Industri Pers Indonesia 2005 yang berlangsung di Assembly H