Salah satu tempat yang mungkin tidak akan pernah dilupakan para pecinta PSIS, terutama PSIS jaman tahun lapanpuluhan yakni Stadion Diponegoro. Tempat ini pernah menjadi home base PSIS sebelum akhirnya pindah ke Stadion Citarum, dan akhirnya ke Jati Diri.
Letaknya sendiri sangat strategis, yakni di pusat kota, tidak jauh dari Simpang Lima dan juga Kantor RRI semarang. Stadion Diponegoro sendiri dahulu terletak satu kompleks (berhadap-hadapan) dengan sebuah kolam renang peninggalan Belanda yakni Kolam Renang Stadion. Tapi, karena godaan rupiah dan kekuasaan, akhirnya Kolam Renang Legendaris itu pun lenyap digantikan sebuah restoran. Kalau tidak salah Kolam Renang tsb di ruislag dengan satu kompleks olah raga di daerah Pedurungan. Sayang sekali..
Kembali ke Stadion Diponegoro, menurut saya stadion ini salah satu stadion terunik di Indonesia dan sangat jarang ditemukan yakni karena merupakan stadion sepak bola sekaligus mempunyai fasilitas Velodrome, atau tempat untuk balap sepeda. Mungkin ini satu-satunya di Indonesia.
Maju mundurnya prestasi PSIS sendiri tidak bisa dilepaskan dengan stadion ini. Di stadion ini PSIS pernah mengukir berbagai prestasi. Pernah menggelar satu kejuaraan Sepak Bola tingkat international yakni Tugu Muda Cup dengan mengundang klub dari Thailand dan Singapura. Dan sayang kelangsungan turnamen itu tinggal kenangan.
Di stadion ini pula, ada satu pemain yang tidak pernah saya lupakan. Karena dia salah pemain favorit saya pada saat saya SD dimana sering diajak oleh ayah melihat langsung pertandingan PSIS. Pemain itu adalah Kasiyadi. Posisinya adalah sayap kanan. Larinya bak kijang. Dalam hal lari, dia salah satu yang tercepat. Padahal pada waktu dia berjalan sering terlihat terpincang-pincang, tapi begitu ada bola yang harus dikejar, melesat bagai kijang.
Banyak pemain PSIS yang sulit saya lupakan, karena mereka mempunyai ciri khas tertentu. Salah satunya adalah Jujuk Arief Basuki. Ciri khasnya adalah kumis tebal. Kemudian kalau PSIS kala menjuarai Devisi Utama mempunyai pemain yang ngetop karena tubuh kurusnya dan dicintai ibu-ibu yakni Ahmad Muhariah, jaman lapanpuluhan pun PSIS mempunyai pemain yang punya ciri yang sama yakni kurus, Heru Herianto.
Wah kalo cerita masalah PSIS jama dulu bisa nggak ada habisnya deh. Kapan mereka diundang ke acara besar PSIS ya?
Letaknya sendiri sangat strategis, yakni di pusat kota, tidak jauh dari Simpang Lima dan juga Kantor RRI semarang. Stadion Diponegoro sendiri dahulu terletak satu kompleks (berhadap-hadapan) dengan sebuah kolam renang peninggalan Belanda yakni Kolam Renang Stadion. Tapi, karena godaan rupiah dan kekuasaan, akhirnya Kolam Renang Legendaris itu pun lenyap digantikan sebuah restoran. Kalau tidak salah Kolam Renang tsb di ruislag dengan satu kompleks olah raga di daerah Pedurungan. Sayang sekali..
Kembali ke Stadion Diponegoro, menurut saya stadion ini salah satu stadion terunik di Indonesia dan sangat jarang ditemukan yakni karena merupakan stadion sepak bola sekaligus mempunyai fasilitas Velodrome, atau tempat untuk balap sepeda. Mungkin ini satu-satunya di Indonesia.
Maju mundurnya prestasi PSIS sendiri tidak bisa dilepaskan dengan stadion ini. Di stadion ini PSIS pernah mengukir berbagai prestasi. Pernah menggelar satu kejuaraan Sepak Bola tingkat international yakni Tugu Muda Cup dengan mengundang klub dari Thailand dan Singapura. Dan sayang kelangsungan turnamen itu tinggal kenangan.
Di stadion ini pula, ada satu pemain yang tidak pernah saya lupakan. Karena dia salah pemain favorit saya pada saat saya SD dimana sering diajak oleh ayah melihat langsung pertandingan PSIS. Pemain itu adalah Kasiyadi. Posisinya adalah sayap kanan. Larinya bak kijang. Dalam hal lari, dia salah satu yang tercepat. Padahal pada waktu dia berjalan sering terlihat terpincang-pincang, tapi begitu ada bola yang harus dikejar, melesat bagai kijang.
Banyak pemain PSIS yang sulit saya lupakan, karena mereka mempunyai ciri khas tertentu. Salah satunya adalah Jujuk Arief Basuki. Ciri khasnya adalah kumis tebal. Kemudian kalau PSIS kala menjuarai Devisi Utama mempunyai pemain yang ngetop karena tubuh kurusnya dan dicintai ibu-ibu yakni Ahmad Muhariah, jaman lapanpuluhan pun PSIS mempunyai pemain yang punya ciri yang sama yakni kurus, Heru Herianto.
Wah kalo cerita masalah PSIS jama dulu bisa nggak ada habisnya deh. Kapan mereka diundang ke acara besar PSIS ya?
Comments
Saya asli Semarang tapi sekarang tinggal/kuliah di AS.
Saya tersenyum membaca komentar mas Taufan tentang Ahmad Muhariah. He is my most beloved friend, a very caring person and the only 'friend' I had when I was going through hard times in my life. As a matter of fact, I will reunite with him next March after 16 years apart. Can you imagine how exciting that'd be?.
I'll show this blog to him.