Skip to main content

Catatan Perjalanan Ke Kuala Lumpur 30/11-2/12 #AFF2012 [I]

Jumat Pagi tanggal 30 Nov 2012, saat teman-teman kantor sedang berada di Lampung dalam rangka Company Outing, Express Taxi sedang membawa saya menuju Bandara Soekarno Hatta. Ini, kali pertama saya melakukan perjalanan ke LN dengan biaya sendiri. Dan berdasarkan catatan di paspor saya, ini perjalanan ke 4 saya ke Kuala Lumpur.

Di counter check in Lion Air, si Mbak berbasa basi, "mau nonton bola mas? (..wiih dipanggil mas hehehe). Hari ini flight ke KL penuh, banyak yang mau nonton bola.Bahkan tadi ada yang bawa spanduk gedhe, beratnya sampai 55kg!!" Buset kena charge berapa tuh? Sempat penasaran juga, spanduk apa yang dibawa. Yang kemudian di Bukit Jalil, baru saya paham spanduk yang dibawa adalah Bendera Merah Putih ukuran raksasa. Entah siapa yg bawa. Karena tercatat ada 3 Merah Putih raksasa yang terbentang di Bukit Jalil saat pertandingan.

Perjalanan ke KL tidak terasa lama, karena kebetulan ada temen ngobrol, Bang Toba, temen dari Jakarta yang kebetulan flight nya sama.

Yang bikin kaget cuma saat sudah sampai di Malaysia. Begitu masuk di terminal bandara, ternyata di KLIA, bukan LCCT (bandara khusus budget airlines). Saya naik Lion Air, perkiraan saya landing di LCCT, ternyata di KLIA.

Di sinilah saya rada bingung. Karena saya pernah naik KLIA ekspress cuma bayar 12.5RM. Pertama naik bis, habis itu turun di Stesen Salak Tinggi, baru naik KLIA ekspress. Nah di KLIA saya lihat kok harganya 35RM, tidak ada yg 12.5RM. Taxi pun sekitar 80RM. Lumayan mahal juga. Setelah ditimbang-timbang, kita ambil putusan, naik bis Star Shuttle saja ke Bukit Bintang. 18RM sdh sampai di BB.


Perjalanan dengan bis lumayan tersendat, terutama saat memasuki kota Kuala Lumpur. Maklum saat itu waktu bubaran kantor. Kemudian bis berhenti di KL Sentral, dan kita dipindah ke minibus (kalo di Indonesia orang nyebutnya ELF). Tidak perlu bayar lagi. Sudah termasuk harga 18RM tadi. Dari KL Sentral kita diantar ke Bukit Bintang.

Sampai di Bukit Bintang, tujuan pertama kita adalah MAKAN!! Sudah rock and roll ini perut. Nagih minta diisi. Berdua dengan Bang Toba, kita telusuri jalan Alor. Kiri kanan penuh warung makan Chinese Food.Kalo di Jakarta miriplah daerah pecenongan. Masalah nih buat saya. Karena hampir semua ada BABI nya. Akhirnya kita masuk ke warung makan Thailand, Thai Food Specialist. Dengan pertimbangan, relatif amanlah.

Saya rencana nginap di Sky Hotel Bukit Bintang. Masalahnya saya saat itu tidak bisa langsung check in, karena Adi, temen sekamar yang booking. Dan dia rada malam baru landing. Akhirnya kita berdua terdampar di lobby hotel deh sampai sekitar jam 10an, saat si Adi dan Helmi datang. Alhamdulillah. Bersambung...

Comments

Popular posts from this blog

Masalah Parkir di Supermal Karawaci

Jika anda akan parkir, khususnya sepeda motor, di areal Supermal Karawaci saya sarankan untuk lebih teliti. Mengapa? Saya mengalamai hal ini sudah dua kali. Jadi kira-kira begini, pada saat kita mau keluar dari area parkir, kita diharuskan menunjukkan STNK dan menyerahkah karcis parkir kepada petugas. Prosedur standarnya adalah petugas itu akan memasukkan No Pol Kendaraan ke Mesin (semacam cash register), dan disitu akan tertera berapa jumlah yang harus kita bayar. Nah, prosedur inilah yang saya lihat tidak dilaksanakan oleh petugas parkir di Supermal Karawaci . Saat saya menyerahkan karcis parkir, dan dia melihat Jam saya mulai parkir, dia langsung menyebutkan sejumlah tertentu (tanpa memasukkannya ke mesin),yakni Rp. 3.000. Saya curiga, segera saya minta untuk dimasukkan datanya dulu ke mesin. Dan setelah dimasukkan. Apa yang terjadi? Jumlah yang harus saya bayar cuma Rp. 2.500. Dan ini saya alamai DUA KALI!. Dan seorang tetangga pun pernah mengalami hal yang sama. Coba bayangkan ji

Larangan Sepeda Motor Lewat Jalan Protokol; Mempersulit Hidup Orang Pas-Pas an

Kata orang kalau kita berada di tengah, cenderungnya aman. Nggak terlalu ekstrem, entah di ke atas atau ke bawah. Tapi, hal itu tidak berlaku buat orang yang pas-pasan hidup di Jakarta. Orang-orang kelas menengah bawah di Jakarta, tahun-tahun terakhir ini semakin menyadari bahwa naik sepeda motor adalah jawaban yang pas atas kemacetan yang terjadi tak kenal waktu di Jakarta. Nggak perduli orang tinggal di tengah Jakarta atau pinggiran Jakarta, mulai beralih ke sepeda motor sebagai alat transportasi utama. Ngirit baik waktu maupun biaya. Eh, ternyata kegembiraan ini tidak menyenangkan buat seorang yang Keras Kepala. Dia akan melarang sepeda motor melewati jalan Sudirman dan Thamrin. Dengan alasan membikin macet dan semrawut. Saya nggak tahu, dia itu mbodhoni atau memang benar-benar bodho. Satu sepeda motor dengan satu atau dua orang penumpang, hanya akan memakan jalan sekitar 1.5 meter an. Nah, sekarang bandingkan dengan satu orang yang naik mobil, sudah makan berapa meter tuh???? Jika

Karawaci Loop, Track Gowes Adem di Tangerang

Salah satu tempat recommended buat bersepeda di daerah Tangerang adalah KARAWACI LOOP. Ada yang menyebutnya LIPPO LOOP, karena lokasinya memang di Komplek Perumahan Lippo Karawaci Tangerang. Tapi ada yang menyebutnya LOLLIPOP, bahkan ada Komunitas Goweser di kawasan itu menggunakan istilah ini. Entah kenapa penyebutannya mirip nama permen. Mungkin biar terkesan unik, dan enak diucapkan. KARAWACI LOOP sendiri sebenarnya jalan Komplek Perumahan Lippo Karawaci, jalan menuju kesana dari arah pintu tol menuju Mall Karawaci, sebelum sampai di Mall, ada bundaran di depan Menara Matahari dan Benton Junction. Nah dari bundaran tersebut jika mau ke mall arahnya ke kanan, kalau ke KARAWACI LOOP dari bundaran lurus saja. Bisa dilihat di gambar peta dibawah ini. Kenapa tempat ini recommended untuk goweser?  SATU, karena jalan boulevard komplek, otomatis sepi tidak seramai jalanan umum. Ada dua jalur setiap jalannya. Jadi ada 4 jalur di kedua arahnya. Bahkan sebenarnya ada jalur khusus pesepeda yang