Skip to main content

Posts

Showing posts from March, 2007

B.U. Dijual, Jalan Tol Cipularang dan Tol Jagorawi

Jangan kaget. Saya lagi nggak jualan jalan tol. Karena saya memang bukan yang punya. Yang benar adalah, Jalan Tol Cipularang dan Jagorawi akan dijual! Itulah berita yang saya baca di Harian Kontan edisi Selasa 27 Maret 2007. Pemilik kedua ruas jalan tol tersebut adalah PT. Jasa Marga. Ide menjual jalan itu muncul, siapa lagi kalau bukan Jusuf Kalla, pengusaha sekaligus Wakil Presiden. Hasil dari penjualan itu diharapkan dapat digunakan untuk membangun ruas jalan tol di tempat lain. Karena dirasakan pertumbuhan jalan tol begitu lambat. Dengan begitu, ekonomi akan lebih bergerak. Calon pembelinya sudah pada antre. Ada yang dari Malaysia, Jepang, dan Deutsche Bank yang berminat beli Tol Cipularang. Kalau yang beli dari luar negeri, status jalan itu masih termasuk wilayah Republik Indonesia nggak ya? Jangan-jangan ntar kalau mau lewat....eit ... ntar dulu ..paspornya mana ?? Sejujurnya, saya kurang mengetahui sejauh mana kekuasaan PT. Jasa Marga ini dapat menjual jalan tol yang selama ini

Ngontrol Nafsu Belanja

Jika anda ditanya, lebih suka mana datangnya hari Jum’at (berarti besok libur), atau gajian? Kalau saya sih, milih pas terima gaji di hari Jum’at. Wah, itu rasanya nikmat banget deh.. Seperti weekend kemarin ini, gaji yang seharusnya diterima tanggal 25, karena jatuh hari minggu ya dibayarkan hari Jum’at ini, tanggal 23. Dan kalau sudah begitu, nafsu belanja tiba-tiba bisa melonjak tinggi. Bahkan kalau tidak hati-hati bisa tak terkontrol. Terlebih setiap hari Jum’at, kalau kita buka koran akan kita jumpai iklan diskon gedhe-gedhean kira-kira setengah halaman bahkan terkadang 1 halaman full color. Promonya pun berlangsung singkat, hanya sekitar 2-3 hari. Seperti Jum’at kemarin, ada satu toko elektronik yang memberi diskon gedhe banget untuk beberapa macam. Kalau dilihat dari harganya pun ajaib. Tapi ya itu, tidak disebutkan berapa barang yang ditawarkan. Hanya disebutkan selama persediaan masih ada. Yang mencolok di kompas tanggal 23 Maret 2007 ini, iklan satu halaman penuh pembukaan

Nitip ke Orang Tua atau Pembantu?

Masalah klasik bagi pasangan muda, adalah kepada siapa anak akan dititpkan kala suami istri bekerja? Yang paling banyak ditemui adalah menitipkan ke orang tua, atau ke pembantu/baby sitter. Enakan mana ya? Jawaban paling jujur, nggak enak dua-duanya. Masak sih? Nitip ke Orang Tua Orang bilang lebih enak nitip anak ke orang tua sendiri dari pada ke pembantu. Bisa ya bisa tidak. Tidak selamanya enak. Akan terasa lebih ringan dan enak, kalau anak itu cucu pertama dari orang tua kita. Kenapa? Cucu pertama selalu ditunggu-tunggu. Makanya, begitu cucu pertama lahir, kasih sayang keluarga besar akan tercurah ke sana. Justru disinilah masalah bisa muncul. Peran kita sebagai orang tua si bayi, akan tersingkirkan paling tidak untuk saat itu. Hal ini disebabkan karena jam terbang yang sudah dimiliki orang tua kita. Akibatnya adalah bisa terjadi konflik antara kita sebagai orang tua dan bapak ibu kita karena adanya perbedaan prinsip pengasuhan anak. Saat kita ingin melarang, justru mbahnya membole

Kontan, Dari Tabloid ke Harian

Jika kita sebut Kontan, pasti pikiran kita langsung tertuju ke Tabloid Kontan. Pertama terbit kalau tidak salah di awal tahun 90an, dan menurut saya merupakan tabloid pertama di Indonesia yang khusus membahas ekonomi. Media khusus ekonomi mungkin banyak, tapi dalam bentuk tabloid, saya rasa Kontan lah pelopornya. Bisa disebut bahwa Tabloid Kontan dilahirkan oleh Harian Kompas. Meskipun tidak secara langsung, kebetulan karena kedua media tersebut dibawah KKG. Saya sebut tidak langsung karena berbeda dengan Tabloid Bola, yang awalnya merupakan sisipan olah raga di Harian Kompas setiap hari Jum’at. Yang kemudian terbit mandiri. Dan sekarang, tepatnya sejak 26 Februari 2007, Tabloid Kontan ini melahirkan media yang berbasis harian dengan nama yang tidak berubah. Tampilan sekilas hampir sama dengan saudara kandungnya, Kompas, terutama warna biru pada tulisan Kontan. Menurut saya, masuknya Tabloid Kontan ke Harian, karena melihat besarnya pasar koran ekonomi yang selama ini dinikmati sendiri

Hijrah

Beberapa hari yang lalu, saat akan berangkat ke kantor, secara tidak sengaja ketemu dan ngobrol sama tetangga. Namanya Ibu Ana. Diantara tetangga yang lain, di salah satu yang istimewa. Beliau berprestasi sejak di bangku sekolah. Bahkan diterima di salah satu perguruan tinggi negeri tanpa test. Dan berlanjut hingga saat mencari pekerjaan. Denger-denger, dia bekerja di salah satu bank asing paling prestisius di Indonesia. Saya pikir wajarlah kalau dia sukses berkarir di situ. Maklum, kalau dilihat dari track recordnya kan sudah menunjukkan prestasi yang menonjol sejak kecil. Cuma, beberapa minggu terakhir ini, beliau setiap hari terlihat di rumahnya. Bahkan pada saat jam-jam kantor. Saya tanya, “lho bu kok nggak kerja? Libur?“ “Nggak kok. Saya sudah nggak kerja lagi.” “Ah yang bener bu..” “bener! Saya kan sudah 40 tahun lebih” Saya pikir, bukannya life begin at forty? Kok malah resigned sih? Anak yang paling gedhe sudah SMP, adiknya SD. Kan lagi butuh biaya? “Sudah 15 tahun lebih lho ke