Skip to main content

Soe Hok Gie jalan-jalan keliling Semarang

Gie. Nama lengkapnya Soe Hok Gie. Seorang aktivis mahasiswa UI tahun 66 (saudara sekandung dengan Arief Budiman), yang akhirnya meninggal di Gunung Semeru di pangkuan sahabatnya, Herman Lantang. Film yang menceritakan tentang sosok Gie ini disutradarai oleh Riri Reza, dan telah diputar di bioskop-bioskop beberapa waktu yang lalu.

Dan dalam rangka hari kemerdekaan tahun ini, Trans TV memutar film tersebut tepat pada tanggal 17 Agustus jam 22.30.

Tentang sosok Gie sendiri, saya sebelum nonton film itu, jujur saya akui tidak mengerti. Hanya pernah dengar namanya saja, dan melihat sekilas ada buku yang berjudul Gie. Tetapi belum pernah membacanya.

Dan pada waktu saya menyaksikan film tersebut barusan di Trans TV, yang membuat saya terkesan justru bukan karena sosok Gie itu sendiri, atau pemikiran-pemikiran dan harapannya. Yang menarik perhatian saya yakni, sudut-sudut kota Semarang yang terekam jelas dalam ingatan, tiba-tiba muncul kembali. Bagi saya yang sudah meninggalkan Semarang, hal itu paling tidak menjadi obat kangen dengan kota tercinta.

Yang pertama yakni, saat Gie dan teman masa kecilnya Han sering ngobrol di atas genteng rumahnya. Di latar belakang terdapat menara masjid. Di dalam cerita itu, masjid itu adalah Masjid Kebon Jeruk yang ada di jalan Kebon Jeruk di daerah Kota. Salah satu masjid tertua di Jakarta yang masih terawat dengan baik. Mungkin karena si sutradara ini susah untuk mendapatkan suasana Jalan Kebon Jeruk jaman dahulu maka dicari lah daerah yang mirip dengan jalan tersebut kala itu. Dugaan saya menara masjid yang dipakai sebagai latar adalah menara masjid yang ada di Jalan Layur. Setting di atas genteng tersebut muncul beberapa kali, di awal maupun di bagian tengah film.

Sudut Semarang yang terekam jelas lainnya adalah perempatan Jalan Depok dan Jalan Gajah Mada, dimana di salah satu sudut jalan itu ada Toko Sepatu Bata. Saya ingat betul sudut di perempatan itu, karena memang sering saya lewati kalau saya mau ke rumah Alamarhumah Nenek di daerah Kampung Pompa. Setting di perempatan Depok, muncul dua kali, saat Gie melihat iring-iringan mobil pejabat yang lewat. Di film tersebut, perempatan Depok dibuat seolah-olah berada di tahun 60an. Tapi yang tidak bisa menipu adalah Toko Sepatu Bata yang terpampang dengan jelas. Saya sendiri nggak tahu sudah berapa lama Sepatu Bata eksis di Indonesia. Apakah di jaman itu sudah ada? Mungkin saja sih…

Kemudian, daerah yang lain adalah taman di samping Gereja Blenduk didepan Kantor Samudera Indonesia. Saat Gie sedang minum es di sebuah taman sehabis demonstrasi, dan secara tidak sengaja bertemu dengan Ibunya. Yang menjadi latar belakang adalah gedung yang ada di seberang Gereja Blenduk dan disebelah Warung Sate Kambing. Saya lupa nama warung tersebut. Kalau nggak salah sih Sate Kambing 99. Kebetulan saya dulu saat belajar fotografi pernah hunting di daerah sekitar taman itu. Jadi masih ingat betul beberapa gedung di sekitar taman itu.

Paling tidak masih ada dua lokasi lagi, yakni sekitar Jembatan Mberok. Dipakai sebagai lokasi syuting saat Gie sedang berdemonstrasi. Dan sebagai gedung Bank Central adalah gedung yang ada di samping Kantor Pos Besar Semarang yakni, kalau orang Semarang jaman dulu menyebutnya Gedung Papak, karena bentuknya memang papak alias kotak. Gedung ini jaman dahulu pernah terbakar habis, cuma saya tidak tahu persis tahun berapa kejadian tersebut berlangsung. Mungkin sekitar thn 50 atau 60an.

Dan satu lokasi yang paling saya ingat jelas, yakni Auditorium Undip di kampus Pleburan. Muncul saat Gie menggelar pemutaran film yang dilanjutkan dengan diskusi. Muncul lagi saat tokoh Ira dan tokoh yang diperankan Wulan Guritno bertemu untuk membicarakan tentang sosok Gie. Yang mengingatkan saya pada Auditorium Undip adalah sistem sirkulasi udaranya. Gedung ini tidak ada AC nya, dan dinding bagian atas dibuat berlubang/rongga sehingga udara dapat bebas keluar masuk. Hal itu tidak mungkin saya lupakan karena merupakan daerah “jajahan“ saya selama 5 tahun lebih jadi mahasiswa (suwe banget yo...). Gedung ini pernah dipasang AC kalau ada acara tertentu, misal dahulu saat rektornya jaman Pak Muladi, menganugerahkan Doctor Honoris Kausa pada Yang Dipertuan Agung Malaysia.

Bagi saya yang warga negara Semarang sejati (hahaha) hal itu selain menjadi obat kangen dan juga sekaligus satu kebanggaan tersendiri. Ternyata aset yang dimiliki Semarang terutama daerah kota lama dan sekitarnya terbukti dengan sedikit sentuhan masih bisa berarti banyak. Dan kalau tidak salah bukan saat Gie saja yang menggunakan daerah itu sebagai lokasi syuting, tetapi juga di film yang mencoba menembus Oscar tetapi gagal yakni Ca Bau Kan.

Jelas hal ini jadi tantangan buat warga Semarang dan Pemkot. Apalagi rencananya Semarang akan jadi tuan rumah Sea Games tahun 2013 (semoga jadi kenyataan dan bukan angin surga dari Jusuf Kalla). Fasilitas olah raga ada bahkan katanya mau ada lagi yang baru didaerah Mijen, terus bandara juga sudah diperluas dan diperpanjang landas pacunya, yang akhirnya bikin Air Asia kesengsem buka jalur langsung Semarang – Kuala Lumpur dan Semarang – Singapura. Jelas akan jadi alat promosi tersendiri.

Ayo Semarang !

Comments

Anonymous said…
Yah.. seharusnya tokoh2 seperti Gie ini sering dimunculkan di televisi agar pemuda kita punya semangat. Tapikalo ditayangkan tengah malam ya ndak ada fungsinya... :(
Anonymous said…
Seharusnya tokoh seperti Gie ini harus sering diekspos dan ditayangkan di televisi agar pemuda sekarang punya harapan dan cita-cita yang tinggi bagi bangsanya. Dan bukan hanya harapan untuk menjadi pacar cewek yang secantik artis. Tapi kalo Gie ditayangkan tengah malam sih percuma aja, jarang ada yang nonton... :(

Popular posts from this blog

Larangan Sepeda Motor Lewat Jalan Protokol; Mempersulit Hidup Orang Pas-Pas an

Kata orang kalau kita berada di tengah, cenderungnya aman. Nggak terlalu ekstrem, entah di ke atas atau ke bawah. Tapi, hal itu tidak berlaku buat orang yang pas-pasan hidup di Jakarta. Orang-orang kelas menengah bawah di Jakarta, tahun-tahun terakhir ini semakin menyadari bahwa naik sepeda motor adalah jawaban yang pas atas kemacetan yang terjadi tak kenal waktu di Jakarta. Nggak perduli orang tinggal di tengah Jakarta atau pinggiran Jakarta, mulai beralih ke sepeda motor sebagai alat transportasi utama. Ngirit baik waktu maupun biaya. Eh, ternyata kegembiraan ini tidak menyenangkan buat seorang yang Keras Kepala. Dia akan melarang sepeda motor melewati jalan Sudirman dan Thamrin. Dengan alasan membikin macet dan semrawut. Saya nggak tahu, dia itu mbodhoni atau memang benar-benar bodho. Satu sepeda motor dengan satu atau dua orang penumpang, hanya akan memakan jalan sekitar 1.5 meter an. Nah, sekarang bandingkan dengan satu orang yang naik mobil, sudah makan berapa meter tuh???? Jika

Masalah Parkir di Supermal Karawaci

Jika anda akan parkir, khususnya sepeda motor, di areal Supermal Karawaci saya sarankan untuk lebih teliti. Mengapa? Saya mengalamai hal ini sudah dua kali. Jadi kira-kira begini, pada saat kita mau keluar dari area parkir, kita diharuskan menunjukkan STNK dan menyerahkah karcis parkir kepada petugas. Prosedur standarnya adalah petugas itu akan memasukkan No Pol Kendaraan ke Mesin (semacam cash register), dan disitu akan tertera berapa jumlah yang harus kita bayar. Nah, prosedur inilah yang saya lihat tidak dilaksanakan oleh petugas parkir di Supermal Karawaci . Saat saya menyerahkan karcis parkir, dan dia melihat Jam saya mulai parkir, dia langsung menyebutkan sejumlah tertentu (tanpa memasukkannya ke mesin),yakni Rp. 3.000. Saya curiga, segera saya minta untuk dimasukkan datanya dulu ke mesin. Dan setelah dimasukkan. Apa yang terjadi? Jumlah yang harus saya bayar cuma Rp. 2.500. Dan ini saya alamai DUA KALI!. Dan seorang tetangga pun pernah mengalami hal yang sama. Coba bayangkan ji

Karawaci Loop, Track Gowes Adem di Tangerang

Salah satu tempat recommended buat bersepeda di daerah Tangerang adalah KARAWACI LOOP. Ada yang menyebutnya LIPPO LOOP, karena lokasinya memang di Komplek Perumahan Lippo Karawaci Tangerang. Tapi ada yang menyebutnya LOLLIPOP, bahkan ada Komunitas Goweser di kawasan itu menggunakan istilah ini. Entah kenapa penyebutannya mirip nama permen. Mungkin biar terkesan unik, dan enak diucapkan. KARAWACI LOOP sendiri sebenarnya jalan Komplek Perumahan Lippo Karawaci, jalan menuju kesana dari arah pintu tol menuju Mall Karawaci, sebelum sampai di Mall, ada bundaran di depan Menara Matahari dan Benton Junction. Nah dari bundaran tersebut jika mau ke mall arahnya ke kanan, kalau ke KARAWACI LOOP dari bundaran lurus saja. Bisa dilihat di gambar peta dibawah ini. Kenapa tempat ini recommended untuk goweser?  SATU, karena jalan boulevard komplek, otomatis sepi tidak seramai jalanan umum. Ada dua jalur setiap jalannya. Jadi ada 4 jalur di kedua arahnya. Bahkan sebenarnya ada jalur khusus pesepeda yang